Rabu, 25 Februari 2015

Masa Prapaska




Masa Prapaskah

Gerakan Melakukan Pertobatan

 
Pengantar
Masa prapaskah adalah masa persiapan untuk merayakan misteri kebangkitan Kristus. Umat diajak mempersiapkan perayaan agung ini selama 40 hari lamanya. Persiapan ini tidak sekedar persiapan liturgis untuk hari raya kebangkitan, tetapi menjadi kesempatan baik mengajak umat untuk mengoreksi diri dan membuat dirinya bangkit bersama Kristus dalam hidup. Tekanan pada masa ini adalah ajakan pembaharuan diri sebagai tanda kebangkitan hidup.

I.             Masa Prapaskah: Masa Puasa
1.            Tujuan.
Masa Prapaska adalah masa persiapan merayakan misteri paskah atau kebangkitan Kristus. Pada masa ini para katekumen dipersiapkan lebih intensif untuk menerima pembaptisan atau (penerimaan resmi jadi anggota Gereja Katolik) pada malam paska, sementara bagi para umat beriman lainya menjadi kesempatan merenungkan kembali akan kenangan pembaptisan yang telah diterimanya. Masa prapaska disebut juga masa berahmat karena pertobatan adalah saat berdamai dengan Tuhan dan sesama  lewat mohon pengampunan dosa dalam penerimaan sakramen tobat (rekonsiliasi).


Masa puasa mulai pada hari Rabu Abu dengan penandaan abu yang dioleskan di dahi. Simbol ini menunjukkan dan mengingatkan umat akan arti pertobatan bahwa abu itu menjadi simbol dari penyucian. Penerimaan abu adalah suatu panggilan dan undangan untuk menjalani masa pemurnian. Ketika abu diberikan, umat diingatkan akan asal usul manusia itu dari debu dan akan kembali kepada debu. Dengan ini umat beriman disadarkan akan ketidakkekalan umat sebagai manusia yang membutuhkan pertobatan.
 
2.            Lama Prapaskah
Masa prapaskah berlangsung selama 40 hari. Angka 40 tidak diartikan sebatas angka dengan jumlah bilangannya tetapi lebih makna simbolis. Angka 40 ini diambil dari Kitab Suci yang menunjukkan pada beberapa momen karya keselamatan:
2.1.         Nuh dengan peristiwa air bah. Empat puluh hari empat puluh malam hujan turun sampai menutupi permukaan bumi (Kej 7:7,12,17)
2.2.         Empat puluh tahun Umat Israel dalam peziarahan menuju tanah terjanji (Kel 16:35)
2.3.         Empat puluh hari Musa di gunung Sinai dalam keheningan untuk mengalami hubungan mesra – dekat dengan Tuhan (Kel 24:18)
2.4.         Setelah empat puluh hari, utusan yang diutus Musa untuk mengintai keadaan di tanah terjanji kembali memberi laporan misinya (Bil 13:25)
2.5.         Empat puluh hari empat puluh malam Elia berjalan ke Gunung Horeb (1Raj 19:8)
2.6.         Yunus mewartakan bahwa dalam empat puluh hari kota Ninive akan dihancurkan bila orang Ninive tidak segera bertobat. Mereka bertobat dan berpuasa (Yun 3:5)
2.7.         Empat puluh hari Yesus berpuasa di padang gurun (Mt 4:1-11, Luk 4:1-13)

Dalam konteks persiapan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, Gereja mengajak umat beriman selama 40 hari membaharui diri secara intens. Membaharui relasi dengan Tuhan, sesama maupun dengan lingkungan.

II.          Masa Prapaska: Pernyataan Tobat
Masa prapaska yang ditandai dengan puasa dan pantang dikaitkan dengan pernyataan tobat. Ini menunjukkan pada pembaharuan diri untuk menghayati hidup iman secara konsekwen lewat pertobatan terus menerus. Pernyataan ini ditandai dengan beberapa pengungkapan konkrit sebagai tanda ungkapan batin:

1.            Puasa dan Pantang
Salah satu ciri dari masa prapaska adala puasa dan pantang sebagai pernyataan lahiriah dari pertobatan batin. Puasa dan pantang dari makanan-minuman merupakan tradisi yang sudah lama ada dalam Gereja. Dalam puasa yang telah mentradisi ini kita menyatakan cetusan iman kita bahwa rejeki yang kita terima adalah pemberian Tuhan. Tetapi puasa dan pantang yang dimaksud bukan saja dari jenis makanan atau minuman tetapi berusaha untuk menjauhkan diri dari jenis godaan kesempatan berdosa.

2.            Doa
Masa ini juga ditandai dengan meningkatkan semangat hidup doa yang lebih intensif. Kesempatan ambil bagian dalam doa Yesus sebagai keterbukaan akan campur tangan Allah dalam hidup kita dan kesediaan melakukan kehendak Allah. Doa pribadi dan doa bersama (komunitas) mendapatkan tekanan sebagai tanda pertobatan. (Pendalaman bahan APP harus dilihat sebagai refleksi pribadi dan bersama sekaligus doa bersama sebagai umat beriman dalam kelompok atau lingkungan).

3.            Caritas – Cinta
Masa Tobat ini juga menjadi masa mengamalkan cinta pada sesama dengan memberi amal, sedekah atau bantuan sebagai tanda solidaritas dengan orang miskin. Puasa dan pantang tidak hanya perbuatan kesalehan untuk diri sendiri tetapi juga menghasilkan bukti lahiriah cinta kasih pada sesama dalam rangka meringankan beban sesama dan meningkatkan kesejahteraan. Hasil puasa dan pantang itu disisihkan untuk diberikan kepada orang miskin. (Amplop atau celengan APP yang diserahkan pada hari Jumat Agung)

Dalam perjanjian lama sangat ditegaskan bahwa puasa yang dikehendaki Tuhan bukan sekedar memenuhi aturan atau ritus tetapi harus bersifat membuka belenggu kelaliman, melepas talitemali yang mencekik, membebaskan yang teraniaya, mematahkan setiap penindasan, supaya kamu memecahkan rotimu bagi orang lapar, menerima kaum gelandangan, memberi pakaian kepada yang tidak berpakaian, tida menolak saudaramu sendiri. Bila demikian barulah Allah akan mendengarkan kamu bila kamu berdoa kepada-Nya (Yes 58: 6-9). 

Pesan Injil pun pada masa prapaskah ini dapat dikatakan adalah bahwa selama masa puasa semakin solider dengan orang miskin dan berupaya meringankan beban mereka. Hidup doa pribadi dan kelompok kiranya semakin intensif  dan dengan melakukan puasa memberi ruang dalam hati sebagai kediaman Allah. Pada kesempatan ini kita sungguh diajak agar semakin tekun mendengar dan merenungkan Sabda Allah yang akhirnya memberi kemuliaan bagi Allah.

III.       Sikap Pastoral Selama Masa Prapaska
Sikap pastoral selama prapaskah ini adalah kesederhanaan. Maksud dasarnya adalah agar pesan sampai pada penghayatan umat dan agar masa ini dialami sungguh masa berahmat. Dalam kaitan ini dihindarkan sedapat mungkin yang menyangkut kemeriahan atau kemewahan seperti pesta-pesta. Pesan ini disampaikan dan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: liturgi, doa pribadi maupun kelompok.

Hal-hal yang mendapat perhatian selama prapaska:

1.            Ibadat Tobat – Sakramen Pengakuan Dosa
Dari segi liturgi secara terencana hendaknya diadakan ibadat tobat dan pengakuan dosa. Umat diajak untuk menerima pengakuan dosa sebagai tanda penyesalan akan keberdosaan dan menjadi ajakan untuk pembaharuan diri.

2.            Kenangan Akan Pembaptisan
Mengenang dan mendalami akan makna permandian yang sudah diterimah. Puncaknya adalah pembaharuan janji baptis pada Malam Paskah. Menyadari diri kembali akan status sebagai Putera – Puteri Allah lewat katekese pada kesempatan yang tepat.

3.            Puasa dan Aksi Puasa
Tobat berarti berbalik kepada Allah. Ini berarti lebih mendalam lagi yaitu cinta pada Tuhan dan cinta pada sesama. Berbalik pada Tuhan dan memandang manusia sebagai sesama dan bagian dari diri sendiri yang ditandai dengan tindakan nyata atau aksi konkrit.

IV.       APP (Aksi Puasa Pembangunan)
APP adalah merupakan gerakan tobat bersama seluruh umat dalam rangka pembaharuan diri sebagai orang beriman kristiani. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa APP itu adalah aktualisasi iman kristiani agar umat beriman itu semakin menemukan jatidirinya yang sejati. Kata APP ini mengandung maksud ini yang dapat diurai sebagai berikut:

v  Aksi. Suatu tindakan, gerakan yang mengandung arti, bahwa sesuatu itu diniatkan, digagas, direncanakan dengan penuh kesadaran. Sebagai tindakan yang terencana akan dapat menjadi gerakan bersama. Dalam kaitan ini, pertobatan menjadi gerakan bersama untuk membangun kesalehan sosial.

v  Puasa. Ungkapan lahir dari batin. Ini mengandaikan adanya niat untuk menahan diri, tidak hanyut dengan keadaan. Berpantang dapat mengontrol diri dari godaan bahkan mengambil jarak dari kebutuhan yang biasa kita nikmati. Arti lebih dalam dari pantang atau puasa ini adalah solidaritas dengan orang yang lebih menderita. Untuk itu kita pun bersedia menyisihkan sebagian dari kebutuhan kita untuk berbagi dengan sesama. Bukan soal materinya saja sebagai ukuran solidaritas tetapi lebih pada keprihatinan kita akan nasib orang yang lebih menderita dari kita.

v  Pembangunan. Hasil dari tindakan yang diniatkan adalah perobahan dan perkembangan. Adanya tercipta sesuatu yang baru dari yang sebelumnya baik secara rohani maupun fisik. Adanya kemajuan dalam hidup pribadi dan sosial dengan kata lain, menuju kepada yang lebih baik. Dalam konteks pendalaman atau permenungan saat ini telah ditetapkan tema pokok gerakan yaitu ”Mewujudkan Hidup Sejaterah untuk tahun 2012 – 2016.

Hidup Sejaterah berarti hidup dalam kebenaran, damai dan sukacita. Ketiga nilai ini dilihat sebagai nilai fundamental Kerajaan Allah yang mencakup bidang spiriutal dan realitas yang terimplentasi dalam kegiatan hidup harian terutama menaruh perhatian pada mereka yang kurang beruntung dalam hidup ini.  
Kesejahteraan hidup adalah merupakan tujuan manusia mengacuh pada cita-cita dan harapan, pekerjaan dan pemilikan. Kesejahteraan hidup selain kebutuhan sandang pangan tetapi juga kemampuan mengungkapkan diri sebagai manusia citra Allah. 

Tema permenungan tahun ini adalah ”Pola Hidup Sehat dan Berkecukupan”.

Manusia diciptakan Allah dalam kesatuan badan dan jiwa. Kesatuan jiwa dan badan ini membuat manusia mampu hadir dan terlibat dalam urusan-urusan duniawi serta terarah dalam pembangunan dan pengembangan masyarakat yang manusiawi. Menjaga kesatuan badan dan jiwa dalam keterarahannya kepada Allah untuk membangun hidup manusiawi, manusia membutuhkan pola hidup sehat dan berkecukupan.

               
Penutup
Masa prapaskah adalah himbawan bagi umat Allah untuk bersama membuka diri bagi Tuhan, Sang Penyelamat yang menyucikan dan menguduskan kita. Masa ini pun menjadi momen berahmat ketika kita menyadari bahwa kita adalah putera-puteri Allah yang senantiasa menyesuaikan diri dengan kehendak Allah. Perbuatan tobat ini pun tidak hanya secara individual tetapi menjadi gerakan bersama untuk membangun kesalehan dan perobahan sosial. Lebih jauh dari situ adalah ungkapan solidaritas dengan sesama yang menderita dengan tindakan atau aksi nyata sebagaimana Yesus pun telah mengorbankan diri demi keselamatan manusia.   


P.Octavianus Situngkir, OFM Cap
Komkat   KAM


Tidak ada komentar:

Posting Komentar