Masa Prapaskah
Gerakan Melakukan Pertobatan
Pengantar
Masa prapaskah adalah masa persiapan untuk merayakan misteri kebangkitan
Kristus. Umat diajak mempersiapkan perayaan agung ini selama 40 hari lamanya.
Persiapan ini tidak sekedar persiapan liturgis untuk hari raya kebangkitan,
tetapi menjadi kesempatan baik mengajak umat untuk mengoreksi diri dan membuat
dirinya bangkit bersama Kristus dalam hidup. Tekanan pada masa ini adalah
ajakan pembaharuan diri sebagai tanda kebangkitan hidup.
I.
Masa Prapaskah: Masa Puasa
1.
Tujuan.
Masa Prapaska adalah masa persiapan merayakan
misteri paskah atau kebangkitan Kristus. Pada masa ini para katekumen
dipersiapkan lebih intensif untuk menerima pembaptisan atau (penerimaan resmi
jadi anggota Gereja Katolik) pada malam paska, sementara bagi para umat beriman
lainya menjadi kesempatan merenungkan kembali akan kenangan pembaptisan yang
telah diterimanya. Masa prapaska disebut juga masa berahmat karena pertobatan
adalah saat berdamai dengan Tuhan dan sesama
lewat mohon pengampunan dosa dalam penerimaan sakramen tobat
(rekonsiliasi).
Masa puasa mulai pada hari Rabu Abu dengan
penandaan abu yang dioleskan di dahi. Simbol ini menunjukkan dan mengingatkan umat
akan arti pertobatan bahwa abu itu menjadi simbol dari penyucian. Penerimaan
abu adalah suatu panggilan dan undangan untuk menjalani masa pemurnian. Ketika
abu diberikan, umat diingatkan akan asal usul manusia itu dari debu dan akan
kembali kepada debu. Dengan ini umat beriman disadarkan akan ketidakkekalan umat
sebagai manusia yang membutuhkan pertobatan.
2.
Lama
Prapaskah
Masa prapaskah berlangsung selama 40 hari. Angka
40 tidak diartikan sebatas angka dengan jumlah bilangannya tetapi lebih makna
simbolis. Angka 40 ini diambil dari Kitab Suci yang menunjukkan pada beberapa
momen karya keselamatan:
2.1.
Nuh
dengan peristiwa air bah. Empat puluh hari empat puluh malam hujan turun sampai
menutupi permukaan bumi (Kej 7:7,12,17)
2.2.
Empat
puluh tahun Umat Israel dalam peziarahan menuju tanah terjanji (Kel 16:35)
2.3.
Empat
puluh hari Musa di gunung Sinai dalam keheningan untuk mengalami hubungan mesra
– dekat dengan Tuhan (Kel 24:18)
2.4.
Setelah
empat puluh hari, utusan yang diutus Musa untuk mengintai keadaan di tanah
terjanji kembali memberi laporan misinya (Bil 13:25)
2.5.
Empat
puluh hari empat puluh malam Elia berjalan ke Gunung Horeb (1Raj 19:8)
2.6.
Yunus
mewartakan bahwa dalam empat puluh hari kota Ninive akan dihancurkan bila orang
Ninive tidak segera bertobat. Mereka bertobat dan berpuasa (Yun 3:5)
2.7.
Empat
puluh hari Yesus berpuasa di padang gurun (Mt 4:1-11, Luk 4:1-13)
Dalam konteks persiapan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, Gereja mengajak
umat beriman selama 40 hari membaharui diri secara intens. Membaharui relasi
dengan Tuhan, sesama maupun dengan lingkungan.
II.
Masa Prapaska: Pernyataan Tobat
Masa prapaska yang ditandai dengan puasa dan
pantang dikaitkan dengan pernyataan tobat. Ini menunjukkan pada pembaharuan
diri untuk menghayati hidup iman secara konsekwen lewat pertobatan terus
menerus. Pernyataan ini ditandai dengan beberapa pengungkapan konkrit sebagai
tanda ungkapan batin:
1.
Puasa dan Pantang
Salah satu ciri dari masa prapaska adala puasa dan
pantang sebagai pernyataan lahiriah dari pertobatan batin. Puasa dan pantang
dari makanan-minuman merupakan tradisi yang sudah lama ada dalam Gereja. Dalam
puasa yang telah mentradisi ini kita menyatakan cetusan iman kita bahwa rejeki
yang kita terima adalah pemberian Tuhan. Tetapi puasa dan pantang yang dimaksud
bukan saja dari jenis makanan atau minuman tetapi berusaha untuk menjauhkan
diri dari jenis godaan kesempatan berdosa.
2.
Doa
Masa ini juga ditandai dengan meningkatkan
semangat hidup doa yang lebih intensif. Kesempatan ambil bagian dalam doa Yesus
sebagai keterbukaan akan campur tangan Allah dalam hidup kita dan kesediaan
melakukan kehendak Allah. Doa pribadi dan doa bersama (komunitas) mendapatkan
tekanan sebagai tanda pertobatan. (Pendalaman
bahan APP harus dilihat sebagai refleksi pribadi dan bersama sekaligus doa
bersama sebagai umat beriman dalam kelompok atau lingkungan).
3.
Caritas – Cinta
Masa Tobat ini juga menjadi masa mengamalkan cinta
pada sesama dengan memberi amal, sedekah atau bantuan sebagai tanda solidaritas
dengan orang miskin. Puasa dan pantang tidak hanya perbuatan kesalehan untuk
diri sendiri tetapi juga menghasilkan bukti lahiriah cinta kasih pada sesama dalam
rangka meringankan beban sesama dan meningkatkan kesejahteraan. Hasil puasa dan
pantang itu disisihkan untuk diberikan kepada orang miskin. (Amplop atau celengan APP yang diserahkan
pada hari Jumat Agung)
Dalam perjanjian lama sangat ditegaskan bahwa puasa
yang dikehendaki Tuhan bukan sekedar memenuhi aturan atau ritus tetapi harus
bersifat membuka belenggu kelaliman, melepas talitemali yang mencekik,
membebaskan yang teraniaya, mematahkan setiap penindasan, supaya kamu
memecahkan rotimu bagi orang lapar, menerima kaum gelandangan, memberi pakaian
kepada yang tidak berpakaian, tida menolak saudaramu sendiri. Bila demikian
barulah Allah akan mendengarkan kamu bila kamu berdoa kepada-Nya (Yes 58:
6-9).
Pesan Injil pun pada masa prapaskah ini dapat
dikatakan adalah bahwa selama masa puasa semakin solider dengan orang miskin
dan berupaya meringankan beban mereka. Hidup doa pribadi dan kelompok kiranya
semakin intensif dan dengan melakukan
puasa memberi ruang dalam hati sebagai kediaman Allah. Pada kesempatan ini kita
sungguh diajak agar semakin tekun mendengar dan merenungkan Sabda Allah yang
akhirnya memberi kemuliaan bagi Allah.
III.
Sikap Pastoral Selama Masa Prapaska
Sikap pastoral selama prapaskah ini adalah
kesederhanaan. Maksud dasarnya adalah agar pesan sampai pada penghayatan umat
dan agar masa ini dialami sungguh masa berahmat. Dalam kaitan ini dihindarkan
sedapat mungkin yang menyangkut kemeriahan atau kemewahan seperti pesta-pesta.
Pesan ini disampaikan dan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
liturgi, doa pribadi maupun kelompok.
Hal-hal yang mendapat perhatian selama
prapaska:
1.
Ibadat Tobat – Sakramen Pengakuan Dosa
Dari segi liturgi secara terencana hendaknya
diadakan ibadat tobat dan pengakuan dosa. Umat diajak untuk menerima pengakuan
dosa sebagai tanda penyesalan akan keberdosaan dan menjadi ajakan untuk
pembaharuan diri.
2.
Kenangan Akan Pembaptisan
Mengenang dan mendalami akan makna permandian yang
sudah diterimah. Puncaknya adalah pembaharuan janji baptis pada Malam Paskah. Menyadari
diri kembali akan status sebagai Putera – Puteri Allah lewat katekese pada
kesempatan yang tepat.
3.
Puasa dan Aksi Puasa
Tobat berarti berbalik kepada Allah. Ini berarti
lebih mendalam lagi yaitu cinta pada Tuhan dan cinta pada sesama. Berbalik pada
Tuhan dan memandang manusia sebagai sesama dan bagian dari diri sendiri yang
ditandai dengan tindakan nyata atau aksi konkrit.
IV.
APP (Aksi Puasa Pembangunan)
APP adalah merupakan gerakan tobat bersama seluruh
umat dalam rangka pembaharuan diri sebagai orang beriman kristiani. Lebih
lanjut dapat dikatakan bahwa APP itu adalah aktualisasi iman kristiani agar
umat beriman itu semakin menemukan jatidirinya yang sejati. Kata APP ini mengandung
maksud ini yang dapat diurai sebagai berikut:
v Aksi. Suatu tindakan, gerakan yang mengandung arti,
bahwa sesuatu itu diniatkan, digagas, direncanakan dengan penuh kesadaran.
Sebagai tindakan yang terencana akan dapat menjadi gerakan bersama. Dalam
kaitan ini, pertobatan menjadi gerakan bersama untuk membangun kesalehan
sosial.
v Puasa. Ungkapan lahir dari batin. Ini mengandaikan
adanya niat untuk menahan diri, tidak hanyut dengan keadaan. Berpantang dapat
mengontrol diri dari godaan bahkan mengambil jarak dari kebutuhan yang biasa
kita nikmati. Arti lebih dalam dari pantang atau puasa ini adalah solidaritas
dengan orang yang lebih menderita. Untuk itu kita pun bersedia menyisihkan
sebagian dari kebutuhan kita untuk berbagi dengan sesama. Bukan soal materinya
saja sebagai ukuran solidaritas tetapi lebih pada keprihatinan kita akan nasib
orang yang lebih menderita dari kita.
v Pembangunan. Hasil dari tindakan yang diniatkan adalah
perobahan dan perkembangan. Adanya tercipta sesuatu yang baru dari yang
sebelumnya baik secara rohani maupun fisik. Adanya kemajuan dalam hidup pribadi
dan sosial dengan kata lain, menuju kepada yang lebih baik. Dalam konteks
pendalaman atau permenungan saat ini telah ditetapkan tema pokok gerakan yaitu
”Mewujudkan Hidup Sejaterah untuk tahun 2012 – 2016.
Hidup Sejaterah berarti hidup dalam kebenaran,
damai dan sukacita. Ketiga nilai ini dilihat sebagai nilai fundamental Kerajaan
Allah yang mencakup bidang spiriutal dan realitas yang terimplentasi dalam
kegiatan hidup harian terutama menaruh perhatian pada mereka yang kurang
beruntung dalam hidup ini.
Kesejahteraan hidup adalah
merupakan tujuan manusia mengacuh pada cita-cita dan harapan, pekerjaan dan
pemilikan. Kesejahteraan hidup selain kebutuhan sandang pangan tetapi juga
kemampuan mengungkapkan diri sebagai manusia citra Allah.
Tema permenungan tahun ini adalah ”Pola
Hidup Sehat dan Berkecukupan”.
Manusia diciptakan Allah dalam kesatuan
badan dan jiwa. Kesatuan jiwa dan badan ini membuat manusia mampu hadir dan
terlibat dalam urusan-urusan duniawi serta terarah dalam pembangunan dan
pengembangan masyarakat yang manusiawi. Menjaga kesatuan badan dan jiwa dalam
keterarahannya kepada Allah untuk membangun hidup manusiawi, manusia
membutuhkan pola hidup sehat dan berkecukupan.
Penutup
Masa prapaskah adalah himbawan bagi umat Allah untuk bersama membuka diri
bagi Tuhan, Sang Penyelamat yang menyucikan dan menguduskan kita. Masa ini pun
menjadi momen berahmat ketika kita menyadari bahwa kita adalah putera-puteri
Allah yang senantiasa menyesuaikan diri dengan kehendak Allah. Perbuatan tobat
ini pun tidak hanya secara individual tetapi menjadi gerakan bersama untuk
membangun kesalehan dan perobahan sosial. Lebih jauh dari situ adalah ungkapan
solidaritas dengan sesama yang menderita dengan tindakan atau aksi nyata
sebagaimana Yesus pun telah mengorbankan diri demi keselamatan manusia.
P.Octavianus Situngkir, OFM Cap
Komkat KAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar