EVANGELISASI
Enam Langkah Efektif
Evangelisasi
Pengantar.
Gagasan
untuk melakukan
evangelisasi tetap merupakan tugas yang mendesak dan penting untuk menuntun orang menghidupi dan mengetahui imannya. Tugas perutusan
ini tidak sekedar anjuran tetapi menjadi suatu keharusan (imperatif) karena ini merupakan perintah yang sangat tegas dari Yesus sendiri. Menuntun orang ke dalam Kerajaan Allah adalah suatu alasan untuk keberadaan Gereja.
Definisi umum tentang evangelisasi bisa kita mengerti
mewartakan Sabda Tuhan bagi semua orang agar
mereka percaya kepada Yesus Kristus dan
menyadari dirinya sebagai anggota Gereja. Tetapi definisi
yang lebih praktis dan kenah akan situasi hidup dan pribadi bisa juga disebut
sebagai berikut: “seorang peminta-minta buta menunjukkan
kepada peminta-minta buta yang lain dimana roti
kehidupan berada, dan mereka berdua pun sembuh dalam proses itu. Itu tidak
berarti seorang buta menuntun orang buta,
tetapi ini hendak menunjuk pada keberadaan kita
semua sebagai orang terluka, merasa diri
bisa pata
dan tergores. Kita ini punya kesusahan, kekecewaan dan keputusasaan. Kita juga
memiliki sukacita, keberhasilan, mimpi untuk masa depan. Tetapi pokok penting
adalah bahwa kita semua dalam kebersamaan yang bisa saling menyembukan dan
menuntun siapa saja kepada iman yang hidup.
Menyamakan diri dengan peminta-minta yang buta dalam usahanya menjangkau temannya yang lain
memberi suatu daya untuk kita dalam upaya kita membantu sesama kita untuk lebih
menghidupi iman kita dan mengajak yang lain agar mereka pun dapat mengalami hal
yang sama dengan kita. Melakukan perutusan tidak tergantung dari posisi atau jabatan superioritas yang diberikan kepada kita tetapi ini adalah
tugas semua orang beriman. Jika kita benar-benar
ingin membawa orang ke pengalaman iman, kita perlu memulai pamahaman akan
evangelisasi itu secara terbalik bukan
semata-mata hanya tertuju bagi orang lain tetapi dari kita, oleh kita, untuk kita.
Dipanggil
untuk Menginjili Siapa?
Kita dipanggil untuk menginjili semua orang yang dapat
dibagi lima kategori yaitu: Umat Katolik
yang aktif, Katolik yang kurang atau tidak aktif, yang tidak ke gereja, protestan dan yang bukan kristen. Statistik menunjukkan bahwa penerimaan dan permandian
orang dewasa yang berlangsung setiap tahun datang dari protesntan dan yang
bukan tergolong pada suatu Gereja mana pun. (Sementara statistik KAM menunjukkan bahwa pertambahan umat dewasa
setiap tahunnya lebih banyak dari protestan dengan segala macam
latarbelakangnya). Itu menunjukkan bahwa penginjilan kita masih berjalan. Tetapi menginjil tidak
semata-mata dimaksudkan bagi mereka yang
yang tidak beragama. Penginjilan ini juga dapat ditujukan kepada Katolik sendiri. Anjuran Paus John
Paulus II menekankan evangelisasi baru, baru dalam metode, bentuk dan semangat.
Bila ini diyakini, maka evangelisasi tetap aktual, dan ini tentu menyangkut Katolik itu sendiri. Penginjilan tidak pernah selesai. (Ctt: Survey
tiga tahun terakhir yang dilakukan di paroki kota dan dewasa di wilayah KAM,
umat yang hadir ke gereja hanya sekitar 20-30% setiap minggu)
Evangelisasi baru kalau itu mau diartikan pada umat Katolik sendiri berlaku, hal ini tentu akan membuat Gereja itu semakin hidup dan
juga peningkatan pemahaman dan pengertian akan arti iman dan juga arti sebagai
umat kristen. Ini akan memberi daya pada umat
itu untuk semakin melibatkan dirinya dalam karya pastoral Gereja. Tetapi bila penginjilan itu diarahkan pada orang yang
kurang aktif ke gereja sebagai pokok sasaran, maka Gereja akan menjadi semarak, menarik dan dinamis. Kita pun akan menjadwalkan misa lebih dari satu kali seminggu, dan akan ada antirian yang panjang.
Beriman harus berlangsung seumur hidup. Untuk lebih
menghidupi iman itu perlu terus menerus membaharui diri dan juga melihat
dimensi baru iman itu agar tetap mendorong kita untuk berbuat yang lebih baik.
Dalam meningkatkan pelayanan dan Gereja yang semakin dapat menjangkau umatnya dan juga semakin hadir di
segala level pelayanan, perlu juga memusatkan penginjilan
itu pada orang yang sudah aktif itu agar semakin melibatkan diri dalam
perutusan Gereja.
Pesan Jesus tetap aktual, pergilah dan jadikanlah semua
bangsa menjadi murid-Ku. Jika kita merasa bahwa ini adalah suatu tugas, maka orang
kristen itu musti membagikan pengalaman imannya kepada setiap orang. Dalam hal
ini boleh ditanyakan bagaimana langkah-langkah untuk menjadi
penginjil yang semakin efektif?
Langkah-langkah Penginjilan
Di
bawah ini dapat kita lihat dan simak bersama langkah-langkah mewujudkan
penginjilan:
Langka I. Menjadi Murid
Kemuridan adalah awal dan tujuan dari penginjilan. Bagi kita menjadi utusan yang efektif untuk kabar gembira, kita pertama-tama
harus pasti akan apa yang kita percayai. Kita harus masuk dalam doa, kita harus
berakar dalam Kitab Suci, kita musti masuk pada suatu komunitas-persekutuan yang beribadat dan kita seharusnya aktif dalam melayani
yang lain.
Keempat tanda mendasar dari Gereja
purba yang dikaitkan dalam Kisah Rasul adalah sungguh penting kepada semua pengertian dari
kemuridan. Kamu tidak akan dapat membuat seseorang jadi murid kecuali kamu
sendiri adalah seorang murid. Apakah kau pernah berpikir hal ini? Siapa membuat domba? Apakah lembuh membuat domba? Domba melahirkan domba. Hal yang sama dapat dikatakan bahwa murid dapat membuat murid. Kita tidak dapat membagi atau memberi kecuali kita sudah memiliki sesuatu itu. ‘Nemo dat quot
not habet’. Kebanyakan orang akan cepat melihat lewat suatu
hal yang nampak, tidak hanya menyuarahkan kata kata, membicarakan percakapan
tetapi tidak menempuh jalan. Iman kita musti jujur dan nyata.
Langkah II. Berteman
Dengan Orang.
Dr. Scott Peck dalam bukunya, The Road Less Traveled,
memberi definisi cintah; meluaskan diri untuk merawat kesejahteraan spiritual
dari orang lain. Kata extending-meluaskan yang dapat dimengerti
melebarkan, atau meluaskan dalam konteks penginjilan adalah pelayanan aktif
dari pada pelayanan passif. Doa adalah hal penting dalam evangelisasi tetapi
pada akhirnya kita harus meninggalkan bangku doa kita dan bergerak. Pergilah
dan buatlah orang jadi muridku.
Bertolak dari cerita kedua peminta-minta buta di atas, itu mau mengatakan suatu cara pendekatan yang lain. Kita ingin meluaskan suatu sikap
penerimaan yang hangat kepada orang, apakah kita mengundang mereka kedalam
kumpulan atau kita yang pergi mengunjungi mereka untuk sekedar minum kopi.
Menjadi teman tidak pertamatama mau mengkotbahi mereka
tetapi menunjukkan persahabatan. Itu bisa diungkapkan dengan sekedar minum kopi
dan ngomong ngomong. Hal ini akan bicara dalam hati orang itu bahwa ada kemauan
untuk meneriman kehadiran dan juga pada akhirnya akan melihat maksud sebenarnya
dari persahabatan itu karena pada akhirnya mereka tahu juga status yang
sebenarnya.
Langkah III. Membagikan cerita iman
Adalah pengalaman yang sangat
biasa, bahwa kita bertemu teman seiman karena melihat saksi bisu yang kita
kenakan. Seseorang itu mengenakan kalung salib
dengan itu kita tahu bahwa mereka teman seiman.
Tanda yang kelihatan itu menyatakan iman yang dimiliki seseorang itu atau dia
itu adalah anggota Gereja Katolik. Tanda berbicara pada orang lain.
Tetapi tanda bisu itu belum mengatakan yang sebenarnya. Tanda yang lebih
efektif adalah hidup sendiri. Maka membagikan iman tidak terutama memberi
kesaksian dalam jumlah kata tetapi hidup itu sendiri.
Kesaksian hidup adalah tanda membagikan cerita iman yang
sedang dihidupi dan menyampaikan pesan pada orang lain. Orang Kristen perdana bukan pertama-tama bicara tentang kebangkita Yesus,
tetapi cara hidup mereka yang membuat orang lain merasa simpatik dan ingin tahu
akan perkumpulan mereka itu.
Langkah IV. Mewartakan Injil
Pemahaman kita mewartakan Injil
adalah mengucapkan yang kita imani. Dalam istilah
asing disebut to ‘verbalize’. Mungkin kita berpikir hal ini sangat sulit. Dan memang
sulit mulai mengucapkan dalam kata-kata iman itu. Banyak
dari kita tidak mampu mengartikulasikan apa yang kita percayai, karena kita
belum dilatih untuk melakukan itu atau tidak merasa mampu membuat metode yang
tepat.
Injil
itu harus
diwartakan. Ini tuntutan mutlak. Tetapi mewartakan tidak
perlu dengan kata-kata. Kita tidak perlu menjadi
seorang teolog, tidak perlu harus ditahbiskan atau sudah mendapat gelar master
dalam teologi. Yang mau kita wartakan bukan konsep teologi
tetapi cerita pengalaman hidup iman kita. Pengalaman iman itu adalah hidup
sendiri yang memberi gaung pada yang lain. Hal ini tidak perlu konsep teologi,
bila kita pakai rumusan teologi mungkin akan mengundang perdebatan. Mewartakan
berarti memberi kesaksian nyata dari iman kita. Ada ungkapan mengatakan,
‘pemimpin itu adalah pemimpin rohani tetapi pemimpin itu lebih pada model
rohani’.
Langkah V. Mengundang Orang Kepada Pertobatan
Langkah berikut dalam menuntun orang kepada Kerajaan Allah adalah meluaskan undangan kepada pertobatan.
Tujuan dari evangelisasi adalah pertobatan terus menerus. Kita mengundang orang
lain kepada pertobatan dengan menciptakan kondisi yang kondusif untuk menarik
lebih dekat kepada Tuhan. Kita dapat mengorganisir peristiwa evangelisasi atau
membawa seseorang itu ke pertemuan doa, misa hari minggu, atau ke suatu
pelayanan penyembuhan. Memfasilitasi pertobatan adalah hanya suatu pokok
mendengar kepada orang, sungguh mendengar dengan hati dan kemudian mengundang mereka untuk ambil langkah agar lebih dekat
kepada Yesus, melibatkan hidupnya pada Yesus.
Undangan pada pertobatan boleh berarti meminta suatu
permintaan sederhana, apakah kau suka bahwa
kita berdoa
bersama bagimu atau untuk keluargamu? Terhadap tawaran sedemikian orang tidak
pernah akan menolak. Orang akan merasa bahwa dia dihargai dan betapa dia
berharga bagi orang itu karena mau mendoakan dirinya atau keluarganya.
Pendekatan personal akan lebih menyentuh hati seseorang.
Dan bila itu diungkapkan dalam doa hal itu punya arti tersendiri bagi seseorang
itu. Persahabatan itu tidak semata-mata pergaulan biasa tetapi akan dilihat
persahabatan yang lebih dalam karena dia kita bawakan dalam doa.
Langkah VI. Pengintegrasian
Kepada
Komunitas
Pengintegrasian kepada komunitas adalah fase terakhir. Ini tentu sudah mencakup pembinaan lebih lanjut. Orang ini sudah
siap menerimah penjelasan dari isi imannya. Dia sudah ada kesiapan untuk mau
tahu lebih dalam akan apa yang dihidupi dan diimaninya. Dalam hal ini sudah
harus diprogramkan kegiatan yang mengarahkan orang lebih mendalami arti iman
dan juga merasakan perkumpulan dimana dia sedang berada. Dalam hal ini
organisator sudah dapat membuat program berupa pendalaman iman, katekese
berlanjut yang melibatkan seluruh anggota.
Pembinaan yang sudah diprogramkan secara bertahap akan menuntun orang ke penghayatan menjadi
murid. Merasakan arti komuntias iman karena berbagai peristiwa dan juga
kegiatan yang menanamkan kesadaran tentu sampai pada tujuan bahwa umat pun
semakin siap melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.
Evangelisasi selalu berada dalam proses yang menuju kepada
kematangan iman. Tidak boleh dikatakan yang mana lebih didahulukan dari sekian
tawaran di atas dengan langkah- langkahnya. Tetapi yang
pasti jangan terus meloncat ke langka ke enam kalau belum dirasakan oleh umat
itu salah satu sisi dari buah evangelisasi itu. Ada kecenderungan bahwa kita
terus mau terjun ke langkah ke enam, yaitu integrasi ke komunitas padahal kita
belum membangun suatu dasar yang kuat untuk membuat orang merasa kerasan dengan
kelompok itu.
Metode Evangelisasi
Sebuhungan dengan evengelisasi dapat digolongkan dua
metode; (1) evangelisasi institutional
(2)
evangelisasi relational.
Evangelisasi institutional adalah seksi-seksi atau kelompok-kelompok yang ada di paroki yang merupakan badan-badan pelayanan. Seksi
paroki misalnya seksi katekese, liturgi atau yang lain sebagai perangkat paroki dapat membuat perencanaan pembinaan secara berkala dan
berlanjut. Ada materi pembinaan yang hendak mau didalami bersama. Seksi
katekese misalnya dalam konteks KAM membuat perencanaan dan langkah-langkah
untuk pendampingan para katekumen dan para pengurus Gereja agar semakin tahu
dan menghayati iman dan panggilannya serta meningkatkan keterampilannya. Kelmpok
kategorial pun dapat juga membuat program pembinaannya seturut kebutuhan
anggota atau penyatuan program dengan paroki atau keuskupan.
Sementara evangelisasi relational itu lebih menyangkut
relasi antar pribadi. Ini menyangkut
cara-cara dan upaya pribadi untuk mempengaruhi yang lain lebih menghayati
imannya. Bagaimana
kamu membagikan atau mensharingkan imanmu kepada temanmu, kepada anak-anakmu di keluarga dan juga kepada tetanggamu. Itu bisa juga
dilakukan saat minum kopi atau saat rekreasi dan itu bisa menumbuhkan minat
orang untuk bergabung dengan kelompok yang lebih luas. Tidak jarang kita dengar
bahwa ada orang melibatkan diri dalam kegiatan karena ikut temannya pada
mulanya.
Dalam hal ini tidak tergantung sudah sejauh mana kita
sudah mengikuti suatu pelatihan. Semua mampu mengkomunikasikan iman seturut
keyakinannya pada orang lain. Itu juga sering terjadi karena ikatan yang sudah
ada menjadi media untuk berevangelisasi. Maka tugas mewartakan tidak hanya
dimengerti dengan mimbar tetapi komunikasi dalam iman. Itu juga dapat dilakukan
dengan profesi yang kita geluti setiap hari. Cerita perawat yang melayani
pasien setiap hari dapat juga menuntun orang lain kepada kesadaran iman. Bila
perawat mendengar keluhan pasiennya, dia juga boleh berkata, “bersabarlah pasti akan sembuh.”
Tetapi perawat tidak hanya sekedar mengatakan
kata-kata hiburan, tetapi bisa juga
dia lebih jauh mengatakan, “Berdoalah
agar Tuhan
menolong. Aku bawakan kamu dalam doaku, kiranya Tuhan akan segera memberimu
kekuatan kembali”. Bila ini disampaikan
dengan sepenuh hati tidak mustahil si orang sakit itu akan tergugah dan juga bertanya lebih jauh siapa dia itu. Boleh jadi dia pun akan teringat dengan perawat itu bahwa dia telah memberi perhatian kepadanya.
Bagi para misionaris sangat yakin Roh Kudus bekerja dalam banyak
cara. Roh kudus tidak hanya menempuh satu metode untuk
menggerakkan hati orang lain, tetapi dengan banyak cara dan metode seturut kreativitas dan minat orang.
Evangelisasi adalah usaha untuk menolong orang lain untuk
menghidupi imannya dan juga menjadi usaha untuk membuat orang lain lebih ingin
tahu akan imannya. Ini tidak lepas dari partisipasi kita untuk mengundang orang
sadar akan dirinya dan sudah sejauh mana dia menjadi bagian dari Gereja selama ini.
Penutup.
Evangelisasi adalah tugas dan tanggungjawab setiap umat
beriman. Tugas ini dapat direalisir dalam setiap segi kehidupan dan peristiwa
yang dapat kita alami. Kita juga dapat mengambil kesempatan berevangelisasi
dalam setiap moment yang terjadi dengan orang lain. Menyadari diri dalam tugas
misi Kristus akan membuat orang itu
menampakkan dirinya sebagai orang beriman bagi sesamanya bahkan bagi orang yang
bukan kristen pun.
Dalam
konteks Gereja Partikular KAM, seksi-seksi sebagai perangkat resmi paroki kiranya harus lebih
terprogram kegiatannya. Ini merupakan tuntutan karena situasi pastoral dan
metode kepemimpinan di stasi-stasi bersifat periodik. Pergantian dan perobahan
posisi seseorang di stasi mengandaikan adanya pembinaan berlanjut. Evangelisasi
dan re-evangelisasi tetap aktual dilakoni.
P.Octavianus Situngkir, OFMCap.
Ayah saya sudah lama tidak ke Gereja Pastor...dulu alasannya karena tidak ada sepeda motor (tidak sanggup lagi jalan kaki ke gereja) tetapi sekarang sepeda motor sudah ada tetap juga tidak mau ke gereja..alasannya lagi karena tidak sanggup duduk berlama-lama di gereja...metode apa yang mesti saya buat lagi pastor.
BalasHapus