Kamis, 13 November 2014

Evangelisasi

EVANGELISASI

Enam Langkah Efektif Evangelisasi


Pengantar.
Gagasan untuk melakukan evangelisasi tetap merupakan tugas yang mendesak dan penting untuk menuntun orang menghidupi dan mengetahui imannya. Tugas perutusan ini tidak sekedar anjuran tetapi menjadi suatu keharusan (imperatif) karena ini merupakan perintah yang sangat tegas dari Yesus sendiri. Menuntun orang ke dalam Kerajaan Allah adalah suatu alasan untuk keberadaan Gereja.

Definisi umum tentang evangelisasi bisa kita mengerti mewartakan Sabda Tuhan bagi semua orang agar mereka percaya kepada Yesus Kristus dan menyadari dirinya sebagai anggota Gereja. Tetapi definisi yang lebih praktis dan kenah akan situasi hidup dan pribadi bisa juga disebut sebagai berikut: “seorang peminta-minta buta menunjukkan kepada peminta-minta buta yang lain dimana roti kehidupan berada, dan mereka berdua pun sembuh dalam proses itu. Itu tidak berarti seorang buta menuntun orang buta, tetapi ini hendak menunjuk pada keberadaan kita semua sebagai orang terluka, merasa diri bisa pata dan tergores. Kita ini punya kesusahan, kekecewaan dan keputusasaan. Kita juga memiliki sukacita, keberhasilan, mimpi untuk masa depan. Tetapi pokok penting adalah bahwa kita semua dalam kebersamaan yang bisa saling menyembukan dan menuntun siapa saja kepada iman yang hidup.
Menyamakan diri dengan peminta-minta yang buta dalam usahanya menjangkau temannya yang lain memberi suatu daya untuk kita dalam upaya kita membantu sesama kita untuk lebih menghidupi iman kita dan mengajak yang lain agar mereka pun dapat mengalami hal yang sama dengan kita. Melakukan perutusan tidak tergantung dari posisi atau jabatan superioritas yang diberikan kepada kita tetapi ini adalah tugas semua orang beriman. Jika kita benar-benar ingin membawa orang ke pengalaman iman, kita perlu memulai pamahaman akan evangelisasi itu secara terbalik bukan semata-mata hanya tertuju bagi orang lain tetapi dari kita, oleh kita, untuk kita.

Dipanggil untuk Menginjili Siapa?
Kita dipanggil untuk menginjili semua orang yang dapat dibagi lima kategori yaitu: Umat Katolik yang aktif, Katolik yang kurang atau tidak aktif, yang tidak ke gereja, protestan dan yang bukan kristen. Statistik menunjukkan bahwa penerimaan dan permandian orang dewasa yang berlangsung setiap tahun datang dari protesntan dan yang bukan tergolong pada suatu Gereja mana pun. (Sementara statistik KAM menunjukkan bahwa pertambahan umat dewasa setiap tahunnya lebih banyak dari protestan dengan segala macam latarbelakangnya). Itu menunjukkan bahwa penginjilan kita masih berjalan. Tetapi menginjil tidak semata-mata dimaksudkan bagi mereka yang yang tidak beragama. Penginjilan ini juga dapat ditujukan kepada Katolik sendiri. Anjuran Paus John Paulus II menekankan evangelisasi baru, baru dalam metode, bentuk dan semangat. Bila ini diyakini, maka evangelisasi tetap aktual, dan ini tentu menyangkut Katolik itu sendiri. Penginjilan tidak pernah selesai. (Ctt: Survey tiga tahun terakhir yang dilakukan di paroki kota dan dewasa di wilayah KAM, umat yang hadir ke gereja hanya sekitar 20-30% setiap minggu)  

Evangelisasi baru kalau itu mau diartikan pada umat Katolik sendiri berlaku, hal ini tentu akan membuat Gereja itu semakin hidup dan juga peningkatan pemahaman dan pengertian akan arti iman dan juga arti sebagai umat kristen. Ini akan memberi daya pada umat itu untuk semakin melibatkan dirinya dalam karya pastoral Gereja. Tetapi bila penginjilan itu diarahkan pada orang yang kurang aktif ke gereja sebagai pokok sasaran, maka Gereja akan menjadi semarak, menarik dan dinamis. Kita pun akan menjadwalkan misa lebih dari satu kali seminggu, dan akan ada antirian yang panjang.

Beriman harus berlangsung seumur hidup. Untuk lebih menghidupi iman itu perlu terus menerus membaharui diri dan juga melihat dimensi baru iman itu agar tetap mendorong kita untuk berbuat yang lebih baik. Dalam meningkatkan pelayanan dan Gereja yang semakin dapat menjangkau umatnya dan juga semakin hadir di segala level pelayanan, perlu juga memusatkan penginjilan itu pada orang yang sudah aktif itu agar semakin melibatkan diri dalam perutusan Gereja.

Pesan Jesus tetap aktual, pergilah dan jadikanlah semua bangsa menjadi murid-Ku. Jika kita merasa bahwa ini adalah suatu tugas, maka orang kristen itu musti membagikan pengalaman imannya kepada setiap orang. Dalam hal ini boleh ditanyakan bagaimana langkah-langkah untuk menjadi penginjil yang semakin efektif?

Langkah-langkah Penginjilan
Di bawah ini dapat kita lihat dan simak bersama langkah-langkah mewujudkan penginjilan:

Langka I. Menjadi Murid
Kemuridan adalah awal dan tujuan dari penginjilan. Bagi kita menjadi utusan yang efektif untuk kabar gembira, kita pertama-tama harus pasti akan apa yang kita percayai. Kita harus masuk dalam doa, kita harus berakar dalam Kitab Suci, kita musti masuk pada suatu komunitas-persekutuan yang beribadat dan kita seharusnya aktif dalam melayani yang lain.

Keempat tanda mendasar dari Gereja purba yang dikaitkan dalam Kisah Rasul adalah sungguh penting kepada semua pengertian dari kemuridan. Kamu tidak akan dapat membuat seseorang jadi murid kecuali kamu sendiri adalah seorang murid. Apakah kau pernah berpikir hal ini? Siapa membuat domba? Apakah lembuh membuat domba? Domba melahirkan domba. Hal yang sama dapat dikatakan bahwa murid dapat membuat murid. Kita tidak dapat membagi atau memberi kecuali kita sudah memiliki sesuatu itu. ‘Nemo dat quot not habet’. Kebanyakan orang akan cepat melihat lewat suatu hal yang nampak, tidak hanya menyuarahkan kata kata, membicarakan percakapan tetapi tidak menempuh jalan. Iman kita musti jujur dan nyata.

Langkah II. Berteman Dengan Orang.
Dr. Scott Peck dalam bukunya, The Road Less Traveled, memberi definisi cintah; meluaskan diri untuk merawat kesejahteraan spiritual dari orang lain. Kata extending-meluaskan yang dapat dimengerti melebarkan, atau meluaskan dalam konteks penginjilan adalah pelayanan aktif dari pada pelayanan passif. Doa adalah hal penting dalam evangelisasi tetapi pada akhirnya kita harus meninggalkan bangku doa kita dan bergerak. Pergilah dan buatlah orang jadi muridku.

Bertolak dari cerita kedua peminta-minta buta di atas, itu mau mengatakan suatu cara pendekatan yang lain. Kita ingin meluaskan suatu sikap penerimaan yang hangat kepada orang, apakah kita mengundang mereka kedalam kumpulan atau kita yang pergi mengunjungi mereka untuk sekedar minum kopi.

Menjadi teman tidak pertamatama mau mengkotbahi mereka tetapi menunjukkan persahabatan. Itu bisa diungkapkan dengan sekedar minum kopi dan ngomong ngomong. Hal ini akan bicara dalam hati orang itu bahwa ada kemauan untuk meneriman kehadiran dan juga pada akhirnya akan melihat maksud sebenarnya dari persahabatan itu karena pada akhirnya mereka tahu juga status yang sebenarnya.

Langkah III. Membagikan cerita iman
Adalah pengalaman yang sangat biasa, bahwa kita bertemu teman seiman karena melihat saksi bisu yang kita kenakan. Seseorang itu mengenakan kalung salib dengan itu kita tahu bahwa mereka teman seiman. Tanda yang kelihatan itu menyatakan iman yang dimiliki seseorang itu atau dia itu adalah anggota Gereja Katolik. Tanda berbicara pada orang lain. Tetapi tanda bisu itu belum mengatakan yang sebenarnya. Tanda yang lebih efektif adalah hidup sendiri. Maka membagikan iman tidak terutama memberi kesaksian dalam jumlah kata tetapi hidup itu sendiri.

Kesaksian hidup adalah tanda membagikan cerita iman yang sedang dihidupi dan menyampaikan pesan pada orang lain. Orang Kristen perdana bukan pertama-tama bicara tentang kebangkita Yesus, tetapi cara hidup mereka yang membuat orang lain merasa simpatik dan ingin tahu akan perkumpulan mereka itu.

Langkah IV. Mewartakan Injil
Pemahaman kita mewartakan Injil adalah mengucapkan yang kita imani. Dalam istilah asing disebut to verbalize. Mungkin kita berpikir hal ini sangat sulit. Dan memang sulit mulai mengucapkan dalam kata-kata iman itu. Banyak dari kita tidak mampu mengartikulasikan apa yang kita percayai, karena kita belum dilatih untuk melakukan itu atau tidak merasa mampu membuat metode yang tepat.

Injil itu harus diwartakan. Ini tuntutan mutlak. Tetapi mewartakan tidak perlu dengan kata-kata. Kita tidak perlu menjadi seorang teolog, tidak perlu harus ditahbiskan atau sudah mendapat gelar master dalam teologi. Yang mau kita wartakan bukan konsep teologi tetapi cerita pengalaman hidup iman kita. Pengalaman iman itu adalah hidup sendiri yang memberi gaung pada yang lain. Hal ini tidak perlu konsep teologi, bila kita pakai rumusan teologi mungkin akan mengundang perdebatan. Mewartakan berarti memberi kesaksian nyata dari iman kita. Ada ungkapan mengatakan, ‘pemimpin itu adalah pemimpin rohani tetapi pemimpin itu lebih pada model rohani’.

Langkah V. Mengundang Orang Kepada Pertobatan
Langkah berikut dalam menuntun orang kepada Kerajaan Allah adalah meluaskan undangan kepada pertobatan. Tujuan dari evangelisasi adalah pertobatan terus menerus. Kita mengundang orang lain kepada pertobatan dengan menciptakan kondisi yang kondusif untuk menarik lebih dekat kepada Tuhan. Kita dapat mengorganisir peristiwa evangelisasi atau membawa seseorang itu ke pertemuan doa, misa hari minggu, atau ke suatu pelayanan penyembuhan. Memfasilitasi pertobatan adalah hanya suatu pokok mendengar kepada orang, sungguh mendengar dengan hati dan kemudian mengundang  mereka untuk ambil langkah agar lebih dekat kepada Yesus, melibatkan hidupnya pada Yesus.

Undangan pada pertobatan boleh berarti meminta suatu permintaan sederhana, apakah kau suka bahwa kita berdoa bersama bagimu atau untuk keluargamu? Terhadap tawaran sedemikian orang tidak pernah akan menolak. Orang akan merasa bahwa dia dihargai dan betapa dia berharga bagi orang itu karena mau mendoakan dirinya atau keluarganya.

Pendekatan personal akan lebih menyentuh hati seseorang. Dan bila itu diungkapkan dalam doa hal itu punya arti tersendiri bagi seseorang itu. Persahabatan itu tidak semata-mata pergaulan biasa tetapi akan dilihat persahabatan yang lebih dalam karena dia kita bawakan dalam doa.

Langkah VI. Pengintegrasian Kepada Komunitas
Pengintegrasian kepada komunitas adalah fase terakhir. Ini tentu sudah mencakup pembinaan lebih lanjut. Orang ini sudah siap menerimah penjelasan dari isi imannya. Dia sudah ada kesiapan untuk mau tahu lebih dalam akan apa yang dihidupi dan diimaninya. Dalam hal ini sudah harus diprogramkan kegiatan yang mengarahkan orang lebih mendalami arti iman dan juga merasakan perkumpulan dimana dia sedang berada. Dalam hal ini organisator sudah dapat membuat program berupa pendalaman iman, katekese berlanjut yang melibatkan seluruh anggota.

Pembinaan yang sudah diprogramkan secara bertahap akan menuntun orang ke penghayatan menjadi murid. Merasakan arti komuntias iman karena berbagai peristiwa dan juga kegiatan yang menanamkan kesadaran tentu sampai pada tujuan bahwa umat pun semakin siap melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

Evangelisasi selalu berada dalam proses yang menuju kepada kematangan iman. Tidak boleh dikatakan yang mana lebih didahulukan dari sekian tawaran di atas dengan langkah- langkahnya. Tetapi yang pasti jangan terus meloncat ke langka ke enam kalau belum dirasakan oleh umat itu salah satu sisi dari buah evangelisasi itu. Ada kecenderungan bahwa kita terus mau terjun ke langkah ke enam, yaitu integrasi ke komunitas padahal kita belum membangun suatu dasar yang kuat untuk membuat orang merasa kerasan dengan kelompok itu.

Metode Evangelisasi
Sebuhungan dengan evengelisasi dapat digolongkan dua metode; (1) evangelisasi institutional (2) evangelisasi relational. 

Evangelisasi institutional adalah seksi-seksi atau kelompok-kelompok yang ada di paroki yang merupakan badan-badan pelayanan. Seksi paroki misalnya seksi katekese, liturgi atau yang lain  sebagai perangkat paroki dapat membuat  perencanaan pembinaan secara berkala dan berlanjut. Ada materi pembinaan yang hendak mau didalami bersama. Seksi katekese misalnya dalam konteks KAM membuat perencanaan dan langkah-langkah untuk pendampingan para katekumen dan para pengurus Gereja agar semakin tahu dan menghayati iman dan panggilannya serta meningkatkan keterampilannya. Kelmpok kategorial pun dapat juga membuat program pembinaannya seturut kebutuhan anggota atau penyatuan program dengan paroki atau keuskupan.  

Sementara evangelisasi relational itu lebih menyangkut relasi antar pribadi. Ini menyangkut cara-cara dan upaya pribadi untuk mempengaruhi yang lain lebih menghayati imannya. Bagaimana kamu membagikan atau mensharingkan imanmu kepada temanmu, kepada anak-anakmu di keluarga dan juga kepada tetanggamu. Itu bisa juga dilakukan saat minum kopi atau saat rekreasi dan itu bisa menumbuhkan minat orang untuk bergabung dengan kelompok yang lebih luas. Tidak jarang kita dengar bahwa ada orang melibatkan diri dalam kegiatan karena ikut temannya pada mulanya.

Dalam hal ini tidak tergantung sudah sejauh mana kita sudah mengikuti suatu pelatihan. Semua mampu mengkomunikasikan iman seturut keyakinannya pada orang lain. Itu juga sering terjadi karena ikatan yang sudah ada menjadi media untuk berevangelisasi. Maka tugas mewartakan tidak hanya dimengerti dengan mimbar tetapi komunikasi dalam iman. Itu juga dapat dilakukan dengan profesi yang kita geluti setiap hari. Cerita perawat yang melayani pasien setiap hari dapat juga menuntun orang lain kepada kesadaran iman. Bila perawat mendengar keluhan pasiennya, dia juga boleh berkata, bersabarlah pasti akan sembuh. Tetapi perawat tidak hanya sekedar mengatakan kata-kata hiburan, tetapi bisa juga dia lebih jauh mengatakan, Berdoalah agar Tuhan menolong. Aku bawakan kamu dalam doaku, kiranya Tuhan akan segera memberimu kekuatan kembali. Bila ini disampaikan dengan sepenuh hati tidak mustahil si orang sakit itu akan tergugah dan juga bertanya lebih jauh siapa dia itu. Boleh jadi dia pun akan teringat dengan perawat itu bahwa dia telah memberi perhatian kepadanya.

Bagi para misionaris sangat yakin Roh Kudus bekerja dalam banyak cara. Roh kudus tidak hanya menempuh satu metode untuk menggerakkan hati orang lain, tetapi dengan banyak cara dan metode seturut kreativitas dan minat orang.  

Evangelisasi adalah usaha untuk menolong orang lain untuk menghidupi imannya dan juga menjadi usaha untuk membuat orang lain lebih ingin tahu akan imannya. Ini tidak lepas dari partisipasi kita untuk mengundang orang sadar akan dirinya dan sudah sejauh mana dia menjadi bagian dari Gereja selama ini.

Penutup.
Evangelisasi adalah tugas dan tanggungjawab setiap umat beriman. Tugas ini dapat direalisir dalam setiap segi kehidupan dan peristiwa yang dapat kita alami. Kita juga dapat mengambil kesempatan berevangelisasi dalam setiap moment yang terjadi dengan orang lain. Menyadari diri dalam tugas misi Kristus akan membuat orang itu menampakkan dirinya sebagai orang beriman bagi sesamanya bahkan bagi orang yang bukan kristen pun.   

Dalam konteks Gereja Partikular KAM, seksi-seksi sebagai  perangkat resmi paroki kiranya harus lebih terprogram kegiatannya. Ini merupakan tuntutan karena situasi pastoral dan metode kepemimpinan di stasi-stasi bersifat periodik. Pergantian dan perobahan posisi seseorang di stasi mengandaikan adanya pembinaan berlanjut. Evangelisasi dan re-evangelisasi tetap aktual dilakoni.                   



P.Octavianus Situngkir, OFMCap.

Komkat – KAM.



1 komentar:

  1. Ayah saya sudah lama tidak ke Gereja Pastor...dulu alasannya karena tidak ada sepeda motor (tidak sanggup lagi jalan kaki ke gereja) tetapi sekarang sepeda motor sudah ada tetap juga tidak mau ke gereja..alasannya lagi karena tidak sanggup duduk berlama-lama di gereja...metode apa yang mesti saya buat lagi pastor.

    BalasHapus