Selasa, 11 November 2014

SAKRAMEN Tanda Rahmat Allah

Pengantar
Gereja Katolik sangat akrab dengan kata sakramen dan begitu meyakini betapa mendalamnya makna sakramen itu. Sakramen itu dipahami sebagai saluran rahmat Allah dan tanda yang tidak terpisahkan dari hakekat Gereja sebagai Tubuh Kristus. Dalam hal ini sebaiknya kita memberi perhatian untuk memahami arti sakramen itu. Dengan mengerti kita akan semakin menghayati dan menghidupi daya hidup ilahi dalam diri kita.

Prinsip Sakramen
Pemahaman sakramental merupakan unsur penting dalam tradisi Katolik. Pemahaman ini sering disebut ‘prinsip sakramental’, perasaan mendalam bahwa kehadiran yang ilahi yang tak kelihatan dinyatakan lewat tanda/benda ciptaan yang berfungsi sebagai lambang. Itu bisa berarti juga bahwa misteri ilahi disampaikan tidak hanya melalui kesadaran rasional (pemikiran) tetapi melalui lambang yang berkaitan dengan segala segi kehidupan.
 
Lambang memungkinkan kita untuk melihat secara batiniah sesuatu yang misteri, kedalaman kebaikan, kasih, belaskasih dan kehadiran yang kita sebut Allah dapat menjadi tanda sakramental. Lambang-lambang tidak terutama bersifat intelektual (pemikiran, akal budi), lambang tidak hanya bicara pada otak, tetapi juga pada perasaan atau afeksi.

Beberapa lambang dapat menjadi hal religius yang dapat membangkitkan kesadaran untuk merasakan kehadiran yang ilahi. Kehadiran Allah yang misteri dapat dialami dalam berbagai cara dalam perjalanan waktu:
-          Peristiwa alam yang berjalan secara teratur seperti Matahari yang terbit menggambarkan kecerahan tanda kehadiran Allah yang menyinari, Matahari terbenam sebagai kedamaian dan keselarasan akan kehadiran Allah.
-          Benda-benda alamiah seperti Gunung. Gunung yang tinggi dihayati sebagai tempat tinggi, tempat suci, kramat. Dalam Kitab Suci gunung dilihat sebagai tempat Allah bersemayam.
-          Lambang religius itu dapat dihayati dalam ketokohan individu seperti Musa, Yesaya, Johanes yang menyatakan kehadiran Allah yang bertindak dan memulihkan tatanan hidup sosial.
-          Lambang-lambang religius dalam hidup sehari-hari seperti salib, lilin, patung, upacara sakramental menyangkut budi dan hati kita pada Allah.
Katolik memiliki penghargaan yang tinggi dan mendalam akan lambang-lambang religius, seperti: menghias Gereja dengan gambar-gambar kudus, salib, patung, tempat air suci di pintu Gereja, lampu tabernakel, dupa, perarakan, warna pakaian, dsb.
Hidup devosional Katolik sering mengambil-alih lambang kebiasaan, pesta dan upacara yang sudah diinkulturasikan. Misalnya pesta 25 Desember sebagai kelahiran Yesus Kristus yang dulunya merupakan pesta rakyat pada dewa matahari (Sol invictus: matahari tak tertaklukkan) menjadi perayaan hari kelahiran Kristus yang adalah terang dan penyelamat dunia.

Ada juga orang atau bangsa memberi penghormatan kepada orang kudus yang menjadi simbol pelindung. Orang Italia menghormati orang kudus yang menjadi pelindung daerah mereka  dengan perarakan. Orang Spanyol dan Filipina merayakan pesta pelindung paroki secara besar-besaran menjadi pesta rakyat juga. Orang Mexico menghormati Perawan Maria Quadalupe sebagai pelindung negara.

Lambang dalam arti yang lebih religius yaitu sakramen menjadi tanda dan penghayatan akan kehadiran Allah yang dirasakan menjadi rahmat.



Pengertian Sakramen.

Kata Sakramen berasal dari kata Yunani ‘mysterion’ yang dalam bahasa sekular berarti: ‘rahasia’ atau ‘tersembunyi’. Dalam Gereja Purba kata ini dipakai untuk upacara-upacara, lambang-lambang, benda-benda liturgis, berkat-berkat dan perayaan ekaristi.

Mysterion diterjemahkan ke dalam kata Latin ‘sacramentum’ yang dapat berarti: hal-hal yang ada kaitannya dengan yang kudus atau yang ilahi. Dalam arti luas sakramen adalah tanda dan sarana keselamatan. Oleh karena itu dalam sakramen dilambangkan dan diwujudkan karya penyelamatan Allah. Melalui sakramen orang/umat mengalami kehadiran Kristus dan keselamatan.

Pada abad pertengahan kata sakramen ini dipakai untuk upacara resmi Gereja. Petrus Lombardus (th.1160) dalam buku ‘De Sententis’ membedakan ke tujuh sakramen sebagai penyebab rahmat dan tanda-tanda sakramental lain sebagai tanda-tanda rahmat. Sakramen mau memperlihatkan bagaimana Allah yang tidak kelihatan yang adalah Roh, dapat kelihatan dan dapat dirasakan di dunia ruang dan waktu. Teolog-teolog merefleksikan hal ini dalam pembahasan sakramentologi atau teologi sakramental.

Konstitusi tentang Liturgi Suci mengatakan bahwa sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembakan ibadat kepada Allah (SC, 59).  Berdasarkan pengertian dan maksud sakramen tersebut, Gereja Katolik memandang perlu adanya sakramen ini berasal dari Yesus Kristus, yang senantiasa berkarya dalam Gereja melalui Roh Kudus dan sunguh menyelamatkan umat beriman Katolik. 

Katekismus Gereja Katolik merumuskan bahwa Sakramen adalah tanda berdaya guna yang menghasilkan rahmat dan memberikan kehidupan ilahi kepada kita, yang ditetapkan Kristus dan dipercayakan kepada Gereja-Nya. Ritus yang tampak, dengan mana sakramen-sakramen itu dirayakan, menyatakan dan menghasilkan rahmat, yang dimiliki oleh setiap sakramen. Bagi umat beriman yang menerimanya dengan sikap batin yang wajar, mereka menghasilkan buah” (Katekismus, 1131).

Kristus adalah Sakramen Dasar
Perjanjian Baru dan tradisi Kristen melihat Yesus adalah sakramen utama Allah. Sebagaimana sakramen diartikan sebagai tanda penghadiran Allah dan tanda rahmat Allah bagi umat beriman, kini Allah menyatakan diri-Nya secara istimewa dalam diri Yesus Kristus. Allah menjelma secara penuh dalam diri Yesus Kristus. Sebagaimana dikatakan dalam Ibrani yaitu “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraannabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerimah segala yang ada” (Ibr 1:1-2).

Dalam diri Yesus Kristus, hidup Allah dinyatakan dan diwahyukan kepada kita secara penuh dan sempurna. Yesus menghadirkan keselamatan Allah dan itu nampak dalam pelayanan-Nya: pengusiran setan, penyembuhan orang-orang sakit, pengampunan pada orang-orang berdosa, perjamuan dengan para murid-Nya, kebangkitan-Nya dari mati, dsb. Melihat Yesus berarti melihat Allah yang hidup. Yesus memperkenalkan diri-Nya Putera Allah dan menyapa Allah itu sebagai Bapa. Dan Dia sendiri berkata yang melihat Dia melihat Allah sebab Dia dengan Allah adalah satu. Yesuslah sakramen penyelamatan Allah yang mendasari ketujuh sakramen Gereja.

Gereja adalah Sakramen Kristus
Gereja pun dilihat sebagai sakramen Kristus karena kesatuannya dengan Kristus. Kristus hadir dalam Gereja, dan Kristus melaksanakan karya penyelamatan-Nya melalui Gereja. Dengan demikian Gereja menjadi sarana penyelamatan. Tetapi Gereja bukan hanya sarana penyelamatan karena dalam Gereja itu berkumpul umat beriman yang menanggapi dan menghidupi karya penyelamatan Yesus. Di dunia ini Gereja menjadi saksi karya penyelamatan Allah. Yesus memberi tugas-Nya kepada Gereja. Gereja menghadirkan diri sebagai tanda yang mengerjakan karya penyelamatan Yesus Kristus. Dengan kata lain Gereja sebagai sakramen Yesus Kristus berarti bahwa Gereja adalah symbol real yang menghadirkan Yesus Kristus sendiri beserta seluruh karya penebusan-Nya bagi dunia.

Gereja pun dalam tugasnya untuk menampakkan karya keselamatan itu diungkapkan lewat tanda-tanda yang dapat menyapa  umat beriman itu dengan tanda-tanda yang kelihatan tetapi memuat rahmat ilahi yang membuat hidup umat beriman itu semakin layak dan kudus di hadapan Allah. Dalam usaha Gereja mengupayakan rahmat Allah menjadi pengalaman konkrit dinampakkan dengan ke tujuh sakramen yaitu Baptisan, Ekaristi, Krisma, Rekonsiliasi, Pengurapan Orang Sakit, Perkawianan, Imamat. Tujuh sakramen merupakan pengungkapan dan pelaksanaan diri Gereja sebagai sakramen Yesus Kristus bagi kehidupan orang per orang secara konkrit dan seturut situasi tertentu hidup manusia.

Tujuh Sakramen
Yesus menyampaikan tugas-Nya kepada Gereja. Gereja itu pun terus merefleksikan tugasnya dan menentukan tujuh sakramen atas refleksinya yang merupakan tanda rahmat Allah sesuai dengan apa yang dilakukan dan dipesankan oleh Yesus sendiri.

Yesus memesankan, memerintahkan dan melakukan:
-          Baptis: Semua orang harus dipermandikan (Mt 28:19-20)
-          Ekaristi: Mengadakan perjamuan terakhir (Mt 26:26 -28; Mrk 14:22-24; Lk 22:19-20)
-          Rekonsiliasi: Mengampuni dosa (Mt: 6:19; 18:18; Yoh 20:22-23)
-          Perkawinan: Yang dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia (Mrk 10:5-9)
-          Imamat: Penunjukan rasul dan pengutusan murid (Mrk 3:13-15; Lk 10:1-12)
-          Perminyakan Orang Sakit: Mendoakan orang sakit  (Mt 4:23-24; Mrk 1:31; 6:12-13)
-          Krisma: Mengutus Roh Kudus agar menjadi saksi dunia (Kis 2:1-4)

Alasan lain untuk memahami ke tujuh sakramen ini adalah adanya hubungan kerohanian dan jasmani atau siklus hidup manusia. Secara jasmani ada tujuh tahap penting kehidupan yaitu lahir, tumbuh menjadi dewasa dengan adanya santapan makan-minum. Jika seseorang sakit butuh berobat, merasa bersalah mohon minta maaf atau diampuni dan di dalam hidup kita dapat memilih untuk tidak menikah atau menikah. Sekarang mari kita lihat bagaimana sakramen menguduskan tahap-tahap tersebut di dalam kerohanian kita:

-      Lahir                            ~          Permandian
-      Makan minum                        ~          Ekaristi
-      Dewasa                       ~          Krisma
-      Sakit                            ~          Minyak suci
-      Berdosa                       ~          Pengakuan dosa
-      Kawin                          ~          Perkawinan
-      Selibat                         ~          Imamat

Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa kelahiran kita secara rohani ditandai dengan sakramen Pembaptisan, di mana kita dilahirkan kembali di dalam air dan Roh (Yoh 3:5), yaitu di dalam Kristus sendiri. Kita diteguhkan oleh Roh Kudus dan menjadi dewasa dalam iman melalui sakramen Penguatan (Kis 1:5). Kita bertumbuh karena mengambil bagian dalam sakramen Ekaristi yang menjadi santapan rohani (Yoh 6: 51-56). Jika rohani kita sakit, atau kita berdosa, kita dapat disembuhkan melalui pengakuan dosa dalam sakramen Tobat/ Pengakuan dosa, di mana melalui perantaraan imam-Nya Tuhan Yesus mengampuni kita (Yoh 20: 22-23). Lalu jika kita terpanggil untuk hidup selibat untuk Kerajaan Allah, Allah memberikan kuasa untuk melakukan tugas-tugas suci melalui penerimaan sakramen Tahbisan Suci/ Imamat (Mat 19:12). Sedangkan jika kita terpanggil untuk hidup berkeluarga, kita menerima sakramen Perkawinan (Mat 19:5-6). Akhirnya, pada saat kita sakit jasmani ataupun saat menjelang ajal, kita dapat menerima sakramen Pengurapan orang sakit, yang dapat membawa rahmat kesembuhan ataupun persiapan batin bagi kita untuk kembali ke pangkuan Allah Pencipta (Yak 5:14).

Pengajaran dan penetapan tentang adanya tujuh sakramen ini kita terima dari Tradisi Suci, yang kita percayai berasal dari Kristus. Ketujuh sakramen ini ditetapkan secara definitif melalui Konsili Trente (1564). Dengan ini kita menolak pandangan Gereja Protestan yang mengakui hanya ada dua sakramen yaitu Sakramen Baptis dan Ekaristi. Sebagai umat Katolik, kita mematuhi apa yang ditetapkan oleh Magisterium Gereja Katolik, sebab mereka-lah penerus para rasul, yang meneruskan doktrin para rasul dengan kemurniannya.

Unsur-unsur Sakramen
Untuk melaksanakan pemberian rahmat pengudusan secara kelihatan, Yesus menggunakan hal-hal yang ada dalam hidup manusia. Perkataan, perbuatan serta benda-benda duniawi diangkat oleh Yesus menjadi tanda dan sarana yang menyatakan serta mengantarkan rahmat penyelamatan yang dikehendaki Allah bagi manusia. Unsur-unsur sakramen dapat dirinci sebagai berikut:

Materia
Yang termasuk ke dalam material adalah:
-          Benda-benda yang dipergunakan dalam ritus atau upacara sakramen seperti: air, minyak, roti, anggur, dsb
-          Tindakan atau perbuatan pelayan (imam) yang menyertai penggunaan material seperti: pencurahan air, pengolesan minyak, penumpangan tangan, dsb
Forma
Forma adalah kata-kata yang menjelaskan tindakan seperti: “terimahlah tanda karunia Roh Kudus, Aku membaptis engkau, terimahlah dan makanlah ….”

Penerimaan sakramen tidak hanya berlangsung dengan pemberian suatu unsur materia yang dilakukan dengan unsur tindakan simbolis dari pelayan, tetapi juga disertai dengan “kata-kata konsekratoris” yang biasa disebut dengan forma.

Pembagian Sakramen
Sakramen menyampaikan rahmat dengan melambangkan, menggabungkan kisah dan tindakan. Sakramen menyampaikan makna yang terdalam dari nilai ilahi sehingga menjadi tanda rahmat Allah. Ke tujuh sakramen ini dibagi dalam tiga bagian:

Inisiasi:
Sakramen inisiasi ini terdiri dari: Baptis, Penguatan, dan Ekaristi; melambangkan dan merayakan masuknya orang secara bertahap ke dalam Kristus dan Gereja.

Panggilan:
Sakramen Perkawinan dan Imamat sering disebut sakramen panggilan. Kedua sakrament ini dalam suatu cara khusus adalah tanda cinta Allah kepada seluruh komunitas Kristen dan kepada dunia. Sebagaimana semua sakramen adalah tanda, yang membawa efek pada realitas demikian pun kedua sakramen ini membawa rahmat dari Allah bagi orang yang menanggapinya dengan iman.

Sakramen Penyembuhan
Yang termasuk pada sakramen penyembuhan ini adalah Penampunan Dosa dan Perminyakan Orang Sakit. Sakramen ini menunjukkan bahwa komunitas kristen itu terdiri dari manusia yang tidak sempurna, tetapi yang butuh pengampunan dan penyembuhan. Gereja adalah komunitas yang sering berdosa dan terluka. Dengan mengenal keterbatasan ini umat kristen menyadari kebutuhannya akan pengampunan Allah. Sakramen penyembuhan ini dimaksudkan untuk menolong umat kristen dalam  proses penyembuhan.

Penutup
Kita mengakui bahwa betapa dalamnya arti ‘sakramen’ yang merupakan saluran rahmat Allah, dan tanda yang tak terpisahkan dari hakekat Gereja sebagai Tubuh Kristus. Untuk menangkap dan memahami makna sakramen itu selayaknya kita mempersiapkan diri sungguh-sungguh untuk menerima sakramen-sakramen yang membawa kita kepada keselamatan. Dengan menerimah sakramen kita ambil bagian dalam kehidupan ilahi yang dicurahkan kepada kita dengan perantaraan Kristus.


P.Octavianus Situngkir, OFM Cap
Komkat  KAM
 

2 komentar:

  1. Mantap bah..., sekali belajar buat blog langsung mantap.
    Terimakasih juga buat tulisannya, sangat memperkay.a

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas tulisan sangat membuka wawasan dlm pengertian akan ke 7 sakramen.

    BalasHapus