Pengantar.
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dirayakan setiap tahun
setelah Hari Raya Tritunggal Maha Kudus. Perayaan ini sungguh mendapat tempat
di hati umat beriman Katolik. Perayaan ini pun semakin dikenal luas dengan
adanya kebiasaan penerimaan komuni pertama di banyak paroki. Perayaan ini semakin
mengumat dengan adanya persiapan yang cukup matang bagi para calon komuni
pertama. Paroki-paroki semakin menaruh perhatian untuk membuat perayaan ini
menjadi perayaan meriah dan bersama baik secara liturgis tetapi juga menjadi
pesta bersama antar sesama umat terutama dengan makan bersama sesama penerima
komuni pertama. Perayaan sedemikian tentu akan mengajak umat untuk semakin
menghayati misteri Ekaristi.
Penetapan perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah
Kristus dalam Tata Liturgi.
Hari Minggu setelah Hari Raya Tritunggal Mahakudus adalah
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Perayaan ini dapat disebut sebagai pesta
kedua untuk Sakramen Ekaristi. Yang pertama adalah Kamis Suci dalam rangkaian
Trihari Suci sebelum Paskah, umat beriman memperingati Misa Pertama yaitu
perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama para murid-murid-Nya.
Pesta Tubuh dan Darah Kristus muncul pada abad
pertengahan. Memang pada abad ini, devosi terhadap kehadiran Yesus dalam
Sakramen Mahakudus cukup kuat antara lain dengan perarakan Sakramen Maha Kudus,
Salve dan lain sebagainya. Hari Raya ini ditetapkan oleh Paus Urbanus IV dengan
Bulla (Surat Keputusan) “Transiturus de hoc mundo” pada tanggal 8 September
1264. Bulla menetapkan agar Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dirayakan setiap
tahun pada hari kamis setelah Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Tujuan perayan ini
adalah untuk menghormati Sakramen Mahakudus di seluruh Gereja. Nama yang
diberikan kepada perayan ini adalah Pesta ‘Corpus Christi’ sebagai perayaan
universal Gereja. Demikian perayaan ini berjalan selama sekian lama. Dengan
adanya pembaharuan liturgi tahun 1969 Perayaan
ini dinamai menjadi Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dan hari
perayaannya pun menjadi hari Minggu setelah hari Tritunggal Maha Kudus. Hal ini
sejalan dengan kanon 1245 g2, dimana konferensi wali gereja setempat dapat
mengobah hari perayan iman setelah mendapat persetujuan dari tahta apostolik.
Kan 1246 §2 mengatakan: “Namun konferensi para uskup
dengan persetujuan sebelumnya dari tahta apostolik, dapat menghapus beberapa
dari antara hari-hari raya wajib itu atau memindahkan hari raya itu ke hari
minggu”. Demikian KWI menetapkan perayaan agung ini jatuh pada hari Minggu
dengan menggarisbawahi bahwa peristiwa yang dikenangkan pada hari Kamis Suci
pada pekan Suci adalah Allah hadir dalam perayaan Ekaristi dalam rupa roti dan
anggur yang adalah Tubuh dan Darah Kristus.
Tubuh dan Dara Kristus: Sakramen terluhur
Tubuh dan Darah Kristus adalah sakramen terluhur dan
mulia yang terjadi pada saat konsekrasi dalam Perayaan Ekaristi. Ungkapan lain
untuk pengakuan ini adalah bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak. Dari awal mula Gereja, perayaan Ekaristi telah
menjadi perayaan penting dan utama. Atas
perintah Tuhan Yesus Kristus, umat Kristen selain tekun beribadat dan berdoa
juga rajin berkumpul dan memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir
dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati (bdk Kis 2: 46).
Dengan makan roti yang sama dan minum anggur yang sama, yang diakui sebagai
tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus (bdk 1Kor 11:27), umat Kristen menyatakan
baik kesatuan di antara mereka sendiri maupun kesatuan mereka dengan Tuhan
Yesus Kristus (bdk 1 Kor 10:17).
Dalam Ekaristi Gereja secara paling
meriah dan khusus menampakkan dan menghadirkan Yesus Kristus dan karya
penebusan-Nya. Di dalam Ekaristi seluruh misteri kehidupan bersama Allah dan
manusia yang mengalami kepenuhannya dalam Kristus dirayakan dan dihadirkan bagi
umat beriman. Tidak ada acara dan kegiatan Gereja lain yang mampu melebihi
perayaan Ekaristi, saat mana Gereja secara resmi dan meriah mengungkapkan dan melaksanakan
dirinya sebagai sakramen kebersamaan dengan Yesus Kristus.
Perayaan Ekaristi dimana Tubuh dan Darah
Kristus nyata hadir dipandang sebagai sumber dan puncak seluruh kehidupan
kristiani (LG 11). Dalam perayaan Ekaristi, semua kegiatan yang lain memperoleh
sumber rahmat dan kekuatannya dan sekaligus terarah atau mengalir kepadana.
Memang Sakramen Ekaristi menjadi salah
satu tema utama yang sangat mewarnai Gereja Katolik. Paus Yohanes Paulus II
tahun 2003 mengeluarkan ensklik berjudul ‘Ecclesia de Eucharistia’. Selanjutnya
tahun 2004 Paus ini juga menyampaikan nasihat apostolik “Mane nobiscum Domine
tahun 2004. Tahun 2012 diadakan Kongres Ekaristi Internasional di Dublin,
Irlandia dengan tema “Bersatu dengan Kristus dan Bersatu Antara Kita”. Ini menunjukkan
betapa kita harus lebih memahami dan menghayati Ekaristi itu sebagai sumber dan
puncak perayaan iman kita.
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus moment pemaknaan Penghayatan Ekaristi
Hari raya Tubuh dan Darah Kristus adalah suatu perayaan
istimewa dan penting. Inti perayan ini hendak menegaskan bahwa dengan perayaan
istimewa ini umat merayakan Tuhan yang bertindak, Allah yang berbuat sesuatu
kepada umat-Nya, Allah yang mencintai umat dan Allah yang sungguh bersatu
dengan umat kecintaan-Nya. Dalam Ekaristi, Tuhan hadir secara nyata, Tuhan dapat dilihat, dirasa dan dicicipi lewat
panca indera. Roti dan anggur menjadi lambang kehadiran Tuhan karena Tuhan
sendiri bersabda, terimalah, …. Inilah tubuh-Ku, inilah darah-Ku yang diserahkan
bagimu.
Dari segi perayaan, setiap minggu dan bahkan bagi mereka
yang rajin menghadiri misa harian punya kesempatan merayakan peristiwa agung
ini setiap hari. Namun demikian Gereja sungguh menetapkan Perayaan Tubuh dan Darah
ini lagi sebagai perayaan istimewa. Perayaan ini hendak menegaskan sekali lagi
agar umat mendalami makna apa yang dirayakan walaupun peristiwa itu setiap hari
dapat berulang lagi. Dengan kata lain umat diajak lebih dalam memahami misteri
iman yang terkandung dalam Sakramen Ekaristi itu. Dengan ini umat diingatkan
bahwa peristiwa penyelamatan Allah sungguh nyata dan selalu ada bersama umat dalam
peristiwa ini. Dengan perayaan hari raya Tubuh dan Darah Kristus, umat beriman dihantar
untuk memahami dan menghayati kedalaman kasih Allah yang dinyatakan kepada
manusia melalui Yesus Kristus. Kehadiran Allah sungguh nyata dengan adanya perjamuan
Tuhan ini dan umat menjadi undangan di dalam perjamuan Tuhan. Dalam peristiwa
istimewa ini sekali lagi umat masuk dalam intimitas yang mendalam akan kesatuan
Allah dengan umat yang ditebus oleh Putera-Nya.
Dengan menyimak kata-kata Yesus sendiri dalam pendirian
Ekaristi pada perjamuan malam terakhir umat dapat menangkap kedalaman kasih
Allah itu. “Inilah tubuh-Ku, makanlah
dan Inilah Darah-Ku minumlah”. Dalam kata-kata ini sungguh nyata kedalaman
kesatuan Allah dan juga penyerahan-Nya yang terdalam untuk menebus umat. Karena
itu menyambut Tubuh dan Darah Kristus setiap kali umat beriman menerimah komuni
terjadi pertemuan personal antara umat dengan Tuhan.
Dalam perayaan Tubuh dan Darah Kristus, Gereja
mengenangkan secara khusus kehadiran Kristus dalam Ekaristi kudus. Yesus
menyebut diri-Nya roti hidup, “Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepada-Ku
ia tidak akan lapar lagi dan barang siapa percaya pada-Ku ia tidak akan haus
lagi” (Yoh 6:35). Lewat perayaan agung ini umat beriman diingatkan untuk
menemukan kembali kedalaman cinta Kristus. Melalui Ekaristi dimana Tubuh dan
Darah dihidangkan kepada umat, Yesus menunjukkan cinta-Nya serta penyertaan-Nya
dalam kehidupan umat beriman.
Menyambut Tubuh dan Darah Kristus sebagai
perjumpaan dan kenangan.
Ekaristi memang mengulangi perjamuan Tuhan sesuai dengan
pesan Yesus sendiri. Dalam Ekaristi Tuhan memberikan diri-Nya sungguh jadi
santapan dan minuman yaitu Tubuh dan Darah-Nya. Dengan ini terjadi perjumpaan
yang sangat isimewa atau puncak perjumpaan antara Tuhan dan umat beriman.
Sisi lain dari perayaan ini adalah mengenang penyerahan
diri Allah lewat Putera-Nya Yesus Kristus kepada dunia melalui pengorbanan
Yesus di salib. Tubuh dan Darah Kristus adalah tanda kurban Kristus yang
menyerahkan hidup-Nya di salib untuk memberi hidup sejati kepada umat manusia. Dalam
kurban Ekaristi, kenangan akan wafat dan kebangkitan Yesus diabadikan sepanjang
masa. Pengakuan akan kenangan peristiwa salib dan kebangkitan itu diseruhkan
selekas konsekrasi yang dilanjutkan dengan ungkapan pengharapan. Ekaristi
mahakudus merupakan kenangan yang terindah dan terluhur yang diwariskan oleh
Yesus Kristus kepada umat beriman. Karena itulah Gereja Katolik menyebut
Ekaristi itu sebagai perayan, perjamuan dan kurban. Sakramen Ekaristi adalah
tanda Tubuh dan Darah Kristus yang memberi hidup. Maka St Paulus mengatakan:
“Sebab setiap kali kamu makan roti dan minum dari piala itu, kamu mewartakan
wafat Tuhan sampai Ia datang” (1Kor 11:26).
Menerima Tubuh dan Darah Kristus dalam perayaan Ekaristi
memang harus dikatakan lebih jauh bahwa Tuhan sungguh merendahkan diri dan sudi
tinggal dalam umat yang menyambut-Nya. Penerima komuni kudus diangkat ke martabat
yang ilahi dan yang ilahi berdian dalam diri umat. Perjumpaan ini sungguh
perjumpaan yang ilahi dan manusia. Dan ini hanya dapat terjadi dalam Ekaristi
Kudus ketika umat bergerak menghapiri Altar untuk menerimah Tubuh dan Darah
Kristus.
Lebih lanjut dapat diungkapkan sehubungan dengan
penerimaan Tubuh dan Darah Kristus dalam perayaan Ekaristi adalah komuni. Komuni
berarti menjadi satu dengan Kristus serta bersatu dengan semua yang ikut serta
dalam perjamuan Tuhan itu. Satu perjamuan dengan menyantap santapan yang sama
membuat semua orang beriman itu menjadi satu dan menjadi saudara-saudari satu
sama lain. Persatuan dengan Kristus yang memberi diri-Nya jadi santapan hendak
memesankan bahwa umat yang sudah satu perjamuan dan berjumpa bersama dengan
Kristus menjadi moment perayaan persaudaraan antar sesama umat beriman itu.
Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan itu tidak lagi sebatas liturgis tetapi juga
dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa mengambil
bagian dalam perjamuan Ekaristi berarti membangun kesatuan dan persatuan bukan
hanya dengan Kristus yang mengundang umat tetapi juga dengan sesama undangan
itu yaitu antar umat itu sendiri.
Untuk melihat makna komuni ini pantas direnungkan
himbauan St Paulus yaitu bahwa bagi semua orang yang makan Tubuh Kristus dan
minum Darah-Nya harus membangun kebersamaan hidup sebagai satu tubuh dalam Kristus.
Karena Kristus itu hanya satu berarti mereka semua membangun kebersamaan hidup
sebagai satu tubuh dalam Kristus. “Karena roti itu satu, maka kita, biarpun
banyuak menjadi satu tubuh, sebab ktia semua mengambil bagian pada roti yang
satu itu” (1Kor 10:17).
Berbagai Nama
Untuk Ekaristi
Sakramen Ekaristi adalah Tubuh dan Darah Kristus yang
memberi hidup dan kenangan akan peristiwa penyelamatan oleh Yesus Kristus.
Sedemikian kayanya makna yang terkandung dalam Sakramen ini maka ada berbagai
sebutan untuk menyingkapkan apa yang telah dilakukan Allah dan apa yang dialami
oleh umat beriman:
- - Ekaristi adalah syukur. Nama yang paling populer baik di Gereja Timur dan Barat. Perayaan syukur adalah Sakramen Ekaristi yakni Tubuh dan Darah Kristsu yang dikuduskan dalam Doa Syukur dan disantap saat komuni.
- - Perjamuan Tuhan (1Kor 11:19) adalah perayaan Tuhan yang didalamnya Tuhan memberi diri-Nya (Tubuh dan Darah-Nya) sebagai makanan dan minuman untuk hidup umat beriman. Umat ambil bagian dalam perjamuan sebagai murid yang setia walau punya kelemahan.
- - Oblatio (Sacrificium) adalah persembahan, kurban, penyerahan. Ekaristi adalah merupakan perayaan penyerahan diri Tuhan, persembahan kurban seluruh diri-Nya yang di dalamnya umat ambil bagian atau menyatukan persembahan.
- - Pemecahan roti (Kis 2:42) adalah Ekaristi. Kegiatan memberi dan menerima, saling berbagi, solider demi persatuan. Yesus memecahkan roti dan membagi-bagikannya demikian pun uamt mencontoh tindakan Yesus.
- - Misa yaitu diutus untuk memberi kesaksian. Tuhan mengutus umat untuk memberi kesaksian dan menampak buah sakramen ekaristi dalam kehidupan
- - Anafora (Yunani) yaitu Doa Syukur. Nama ini mengingatkan inti dari perayaan yaitu Doa Syukur Agung yang adalah Doa Syukur Yesus Kristus sebagai kepada Gerej
Sikap Merayakan
Ekaristi
Menyikapi makna yang terkandung dalam Ekaristi atau
penerimaan Tubuh dan Darah Kristus itu, kiranya berapa hal pantas disikapi agar
perjumpaan itu semakin memberi arti bagi umat.
Yang pertama disikapi adalah bahwa sebelum mengikuti
perayaan Ekaristi perlu persipan baik hati dan pikiran. Persiapan ini dapat
disebut persiapan jauh dan dekat yaitu sebelum menghadiri Perayan Ekaristi dan
saat sudah ekaristi. Tentang persiapan dekat ini memang secara liturgis umat
telah dihantar untuk mempersiapkan diri. Tentang ini upacara liturgi telah
menuntut umat agar layak bertemu dengan Tuhan. Tetapi persiapan jauh ini harus
disebut agar dengan ini nampak kerinduan medalam untuk menerima Tuhan itu.
Yang kedua adalah saat menerimah komuni dan setelah
komuni. Ini memang jadi moment istimewa. Untuk itu perlu sikap hormat menyambut
dan menyadari akan terjadi perjumpaan dengan Tuhan. Setelah menerima komuni
tentu berdoa dengan sepernuh hati karena Tuhan yang agung itu telah sudih
menjadikan diri-Nya jadi santapan dan berdiam dalam diri umat. Doa syukur dan
hati gembira kiranya memancar dalam hati umat. Sebagai gaung dari perjumpaan
ini tentu umat pun merasa gembira dan bahagia bahwa Tuhan telah sudih berdiam dalam
hidupnya.
Yang ketiga adalah penghayatan akan penyertaan Tuhan dan
rasa syukur diutus kembali ke dalm kehidupan harian. Setelah komuni kudus itu
berarti menyadari bahwa Tuhan senantiasa berserta umat. Kalaupun imam telah
mengatakan misa telah selesai, pulanglah dalam damai, itu berarti umat telah
diutus membawah buah perjumpaan dengan Tuhan ke dalam kehidupan.
Penutup
Hari raya Tubuh dan Darah Kristus adalah Sakramen
Ekaristi. Perayan ini menjadi kesempatan sekali lagi untuk menghayati lebih
dalam makna yang terkandung dalam Ekaristi mahakudus itu. Dalam Ekariti
persekutuan umat beriman mengalami mengalami kekudusan Allah yang hendak
diteruskan dalam hidup. Menyambut komuni yaitu Tubuh dan Darah Kristus umat
mengalami perjumpaan personal antara Allah dan manusia. Tubuh dan Darah Kristus yang disantap dalam
perjamuan Tuhan adalah kenangan peristiwa Paska demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia.
P.Octavianus Situngkir, OFMCap
Komkat KAM,
Pematangsiantar.
Terima kasih Pater untuk pencerahannya.
BalasHapusIjin Copy Pater.