Selasa, 11 November 2014

Hari Raya Tubuh – Darah Kristus


Pengantar.
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dirayakan setiap tahun setelah Hari Raya Tritunggal Maha Kudus. Perayaan ini sungguh mendapat tempat di hati umat beriman Katolik. Perayaan ini pun semakin dikenal luas dengan adanya kebiasaan penerimaan komuni pertama di banyak paroki. Perayaan ini semakin mengumat dengan adanya persiapan yang cukup matang bagi para calon komuni pertama. Paroki-paroki semakin menaruh perhatian untuk membuat perayaan ini menjadi perayaan meriah dan bersama baik secara liturgis tetapi juga menjadi pesta bersama antar sesama umat terutama dengan makan bersama sesama penerima komuni pertama. Perayaan sedemikian tentu akan mengajak umat untuk semakin menghayati misteri Ekaristi.  

Penetapan perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dalam Tata Liturgi.
Hari Minggu setelah Hari Raya Tritunggal Mahakudus adalah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Perayaan ini dapat disebut sebagai pesta kedua untuk Sakramen Ekaristi. Yang pertama adalah Kamis Suci dalam rangkaian Trihari Suci sebelum Paskah, umat beriman memperingati Misa Pertama yaitu perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama para murid-murid-Nya. 

Pesta Tubuh dan Darah Kristus muncul pada abad pertengahan. Memang pada abad ini, devosi terhadap kehadiran Yesus dalam Sakramen Mahakudus cukup kuat antara lain dengan perarakan Sakramen Maha Kudus, Salve dan lain sebagainya. Hari Raya ini ditetapkan oleh Paus Urbanus IV dengan Bulla (Surat Keputusan) “Transiturus de hoc mundo” pada tanggal 8 September 1264. Bulla menetapkan agar Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dirayakan setiap tahun pada hari kamis setelah Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Tujuan perayan ini adalah untuk menghormati Sakramen Mahakudus di seluruh Gereja. Nama yang diberikan kepada perayan ini adalah Pesta ‘Corpus Christi’ sebagai perayaan universal Gereja. Demikian perayaan ini berjalan selama sekian lama. Dengan adanya pembaharuan liturgi tahun 1969 Perayaan  ini dinamai menjadi Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dan hari perayaannya pun menjadi hari Minggu setelah hari Tritunggal Maha Kudus. Hal ini sejalan dengan kanon 1245 g2, dimana konferensi wali gereja setempat dapat mengobah hari perayan iman setelah mendapat persetujuan dari tahta apostolik. 

Kan 1246 §2 mengatakan: “Namun konferensi para uskup dengan persetujuan sebelumnya dari tahta apostolik, dapat menghapus beberapa dari antara hari-hari raya wajib itu atau memindahkan hari raya itu ke hari minggu”. Demikian KWI menetapkan perayaan agung ini jatuh pada hari Minggu dengan menggarisbawahi bahwa peristiwa yang dikenangkan pada hari Kamis Suci pada pekan Suci adalah Allah hadir dalam perayaan Ekaristi dalam rupa roti dan anggur yang adalah Tubuh dan Darah Kristus. 

Tubuh dan Dara Kristus: Sakramen terluhur
Tubuh dan Darah Kristus adalah sakramen terluhur dan mulia yang terjadi pada saat konsekrasi dalam Perayaan Ekaristi. Ungkapan lain untuk pengakuan ini adalah bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak.  Dari awal mula Gereja, perayaan Ekaristi telah menjadi perayaan penting dan utama. Atas perintah Tuhan Yesus Kristus, umat Kristen selain tekun beribadat dan berdoa juga rajin berkumpul dan memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati (bdk Kis 2: 46). Dengan makan roti yang sama dan minum anggur yang sama, yang diakui sebagai tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus (bdk 1Kor 11:27), umat Kristen menyatakan baik kesatuan di antara mereka sendiri maupun kesatuan mereka dengan Tuhan Yesus Kristus (bdk 1 Kor 10:17). 

Dalam Ekaristi Gereja secara paling meriah dan khusus menampakkan dan menghadirkan Yesus Kristus dan karya penebusan-Nya. Di dalam Ekaristi seluruh misteri kehidupan bersama Allah dan manusia yang mengalami kepenuhannya dalam Kristus dirayakan dan dihadirkan bagi umat beriman. Tidak ada acara dan kegiatan Gereja lain yang mampu melebihi perayaan Ekaristi, saat mana Gereja secara resmi dan meriah mengungkapkan dan melaksanakan dirinya sebagai sakramen kebersamaan dengan Yesus Kristus. 

Perayaan Ekaristi dimana Tubuh dan Darah Kristus nyata hadir dipandang sebagai sumber dan puncak seluruh kehidupan kristiani (LG 11). Dalam perayaan Ekaristi, semua kegiatan yang lain memperoleh sumber rahmat dan kekuatannya dan sekaligus terarah atau mengalir kepadana. 

Memang Sakramen Ekaristi menjadi salah satu tema utama yang sangat mewarnai Gereja Katolik. Paus Yohanes Paulus II tahun 2003 mengeluarkan ensklik berjudul ‘Ecclesia de Eucharistia’. Selanjutnya tahun 2004 Paus ini juga menyampaikan nasihat apostolik “Mane nobiscum Domine tahun 2004. Tahun 2012 diadakan Kongres Ekaristi Internasional di Dublin, Irlandia dengan tema “Bersatu dengan Kristus dan Bersatu Antara Kita”. Ini menunjukkan betapa kita harus lebih memahami dan menghayati Ekaristi itu sebagai sumber dan puncak perayaan iman kita.

Hari Raya Tubuh dan Darah  Kristus moment pemaknaan Penghayatan Ekaristi
Hari raya Tubuh dan Darah Kristus adalah suatu perayaan istimewa dan penting. Inti perayan ini hendak menegaskan bahwa dengan perayaan istimewa ini umat merayakan Tuhan yang bertindak, Allah yang berbuat sesuatu kepada umat-Nya, Allah yang mencintai umat dan Allah yang sungguh bersatu dengan umat kecintaan-Nya. Dalam Ekaristi, Tuhan hadir secara nyata,  Tuhan dapat dilihat, dirasa dan dicicipi lewat panca indera. Roti dan anggur menjadi lambang kehadiran Tuhan karena Tuhan sendiri bersabda, terimalah, …. Inilah tubuh-Ku, inilah darah-Ku yang diserahkan bagimu. 

Dari segi perayaan, setiap minggu dan bahkan bagi mereka yang rajin menghadiri misa harian punya kesempatan merayakan peristiwa agung ini setiap hari. Namun demikian Gereja sungguh menetapkan Perayaan Tubuh dan Darah ini lagi sebagai perayaan istimewa. Perayaan ini hendak menegaskan sekali lagi agar umat mendalami makna apa yang dirayakan walaupun peristiwa itu setiap hari dapat berulang lagi. Dengan kata lain umat diajak lebih dalam memahami misteri iman yang terkandung dalam Sakramen Ekaristi itu. Dengan ini umat diingatkan bahwa peristiwa penyelamatan Allah sungguh nyata dan selalu ada bersama umat dalam peristiwa ini. Dengan perayaan hari raya Tubuh dan Darah Kristus, umat beriman dihantar untuk memahami dan menghayati kedalaman kasih Allah yang dinyatakan kepada manusia melalui Yesus Kristus. Kehadiran Allah sungguh nyata dengan adanya perjamuan Tuhan ini dan umat menjadi undangan di dalam perjamuan Tuhan. Dalam peristiwa istimewa ini sekali lagi umat masuk dalam intimitas yang mendalam akan kesatuan Allah dengan umat yang ditebus oleh Putera-Nya. 

Dengan menyimak kata-kata Yesus sendiri dalam pendirian Ekaristi pada perjamuan malam terakhir umat dapat menangkap kedalaman kasih Allah itu. “Inilah  tubuh-Ku, makanlah dan Inilah Darah-Ku minumlah”. Dalam kata-kata ini sungguh nyata kedalaman kesatuan Allah dan juga penyerahan-Nya yang terdalam untuk menebus umat. Karena itu menyambut Tubuh dan Darah Kristus setiap kali umat beriman menerimah komuni terjadi pertemuan personal antara umat dengan Tuhan. 

Dalam perayaan Tubuh dan Darah Kristus, Gereja mengenangkan secara khusus kehadiran Kristus dalam Ekaristi kudus. Yesus menyebut diri-Nya roti hidup, “Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepada-Ku ia tidak akan lapar lagi dan barang siapa percaya pada-Ku ia tidak akan haus lagi” (Yoh 6:35). Lewat perayaan agung ini umat beriman diingatkan untuk menemukan kembali kedalaman cinta Kristus. Melalui Ekaristi dimana Tubuh dan Darah dihidangkan kepada umat, Yesus menunjukkan cinta-Nya serta penyertaan-Nya dalam kehidupan umat beriman.  

Menyambut Tubuh dan Darah Kristus sebagai perjumpaan dan kenangan.
Ekaristi memang mengulangi perjamuan Tuhan sesuai dengan pesan Yesus sendiri. Dalam Ekaristi Tuhan memberikan diri-Nya sungguh jadi santapan dan minuman yaitu Tubuh dan Darah-Nya. Dengan ini terjadi perjumpaan yang sangat isimewa atau puncak perjumpaan antara Tuhan dan umat beriman. 

Sisi lain dari perayaan ini adalah mengenang penyerahan diri Allah lewat Putera-Nya Yesus Kristus kepada dunia melalui pengorbanan Yesus di salib. Tubuh dan Darah Kristus adalah tanda kurban Kristus yang menyerahkan hidup-Nya di salib untuk memberi hidup sejati kepada umat manusia. Dalam kurban Ekaristi, kenangan akan wafat dan kebangkitan Yesus diabadikan sepanjang masa. Pengakuan akan kenangan peristiwa salib dan kebangkitan itu diseruhkan selekas konsekrasi yang dilanjutkan dengan ungkapan pengharapan. Ekaristi mahakudus merupakan kenangan yang terindah dan terluhur yang diwariskan oleh Yesus Kristus kepada umat beriman. Karena itulah Gereja Katolik menyebut Ekaristi itu sebagai perayan, perjamuan dan kurban. Sakramen Ekaristi adalah tanda Tubuh dan Darah Kristus yang memberi hidup. Maka St Paulus mengatakan: “Sebab setiap kali kamu makan roti dan minum dari piala itu, kamu mewartakan wafat Tuhan sampai Ia datang” (1Kor 11:26).  

Menerima Tubuh dan Darah Kristus dalam perayaan Ekaristi memang harus dikatakan lebih jauh bahwa Tuhan sungguh merendahkan diri dan sudi tinggal dalam umat yang menyambut-Nya. Penerima komuni kudus diangkat ke martabat yang ilahi dan yang ilahi berdian dalam diri umat. Perjumpaan ini sungguh perjumpaan yang ilahi dan manusia. Dan ini hanya dapat terjadi dalam Ekaristi Kudus ketika umat bergerak menghapiri Altar untuk menerimah Tubuh dan Darah Kristus. 

Lebih lanjut dapat diungkapkan sehubungan dengan penerimaan Tubuh dan Darah Kristus dalam perayaan Ekaristi adalah komuni. Komuni berarti menjadi satu dengan Kristus serta bersatu dengan semua yang ikut serta dalam perjamuan Tuhan itu. Satu perjamuan dengan menyantap santapan yang sama membuat semua orang beriman itu menjadi satu dan menjadi saudara-saudari satu sama lain. Persatuan dengan Kristus yang memberi diri-Nya jadi santapan hendak memesankan bahwa umat yang sudah satu perjamuan dan berjumpa bersama dengan Kristus menjadi moment perayaan persaudaraan antar sesama umat beriman itu. Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan itu tidak lagi sebatas liturgis tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa mengambil bagian dalam perjamuan Ekaristi berarti membangun kesatuan dan persatuan bukan hanya dengan Kristus yang mengundang umat tetapi juga dengan sesama undangan itu yaitu antar umat itu sendiri. 

Untuk melihat makna komuni ini pantas direnungkan himbauan St Paulus yaitu bahwa bagi semua orang yang makan Tubuh Kristus dan minum Darah-Nya harus membangun kebersamaan hidup sebagai satu tubuh dalam Kristus. Karena Kristus itu hanya satu berarti mereka semua membangun kebersamaan hidup sebagai satu tubuh dalam Kristus. “Karena roti itu satu, maka kita, biarpun banyuak menjadi satu tubuh, sebab ktia semua mengambil bagian pada roti yang satu itu” (1Kor 10:17).  

Berbagai Nama Untuk Ekaristi
Sakramen Ekaristi adalah Tubuh dan Darah Kristus yang memberi hidup dan kenangan akan peristiwa penyelamatan oleh Yesus Kristus. Sedemikian kayanya makna yang terkandung dalam Sakramen ini maka ada berbagai sebutan untuk menyingkapkan apa yang telah dilakukan Allah dan apa yang dialami oleh umat beriman:


  • -         Ekaristi adalah syukur. Nama yang paling populer baik di Gereja Timur dan Barat. Perayaan syukur adalah Sakramen Ekaristi yakni Tubuh dan Darah Kristsu yang dikuduskan dalam Doa Syukur dan disantap saat komuni.
  • -          Perjamuan Tuhan (1Kor 11:19) adalah perayaan Tuhan yang didalamnya Tuhan memberi diri-Nya (Tubuh dan Darah-Nya) sebagai makanan dan minuman untuk hidup umat beriman. Umat ambil bagian dalam perjamuan sebagai murid yang setia walau punya kelemahan.
  • -          Oblatio (Sacrificium) adalah persembahan, kurban, penyerahan. Ekaristi adalah merupakan perayaan penyerahan diri Tuhan, persembahan kurban seluruh diri-Nya yang di dalamnya umat ambil bagian atau menyatukan persembahan.
  • -          Pemecahan roti (Kis 2:42) adalah Ekaristi. Kegiatan memberi dan menerima, saling berbagi, solider demi persatuan. Yesus memecahkan roti dan membagi-bagikannya demikian pun uamt mencontoh tindakan Yesus.
  • -          Misa yaitu diutus untuk memberi kesaksian. Tuhan mengutus umat untuk memberi kesaksian dan menampak buah sakramen ekaristi dalam kehidupan
  • -          Anafora (Yunani) yaitu Doa Syukur. Nama ini mengingatkan inti dari perayaan yaitu Doa Syukur Agung yang adalah Doa Syukur Yesus Kristus sebagai kepada Gerej
Pemakaian variasi nama untuk Ekaristi hendak memperlihatkan bahwa makna perayaan Ekaristi itu sungguh dalam dan sarat makna. Tubuh dan Darah Kristus itu sungguh memuat makna yang semakin memberi arti pada hidup orang beriman.    
  
Sikap Merayakan Ekaristi
Menyikapi makna yang terkandung dalam Ekaristi atau penerimaan Tubuh dan Darah Kristus itu, kiranya berapa hal pantas disikapi agar perjumpaan itu semakin memberi arti bagi umat.

Yang pertama disikapi adalah bahwa sebelum mengikuti perayaan Ekaristi perlu persipan baik hati dan pikiran. Persiapan ini dapat disebut persiapan jauh dan dekat yaitu sebelum menghadiri Perayan Ekaristi dan saat sudah ekaristi. Tentang persiapan dekat ini memang secara liturgis umat telah dihantar untuk mempersiapkan diri. Tentang ini upacara liturgi telah menuntut umat agar layak bertemu dengan Tuhan. Tetapi persiapan jauh ini harus disebut agar dengan ini nampak kerinduan medalam untuk menerima Tuhan itu.

Yang kedua adalah saat menerimah komuni dan setelah komuni. Ini memang jadi moment istimewa. Untuk itu perlu sikap hormat menyambut dan menyadari akan terjadi perjumpaan dengan Tuhan. Setelah menerima komuni tentu berdoa dengan sepernuh hati karena Tuhan yang agung itu telah sudih menjadikan diri-Nya jadi santapan dan berdiam dalam diri umat. Doa syukur dan hati gembira kiranya memancar dalam hati umat. Sebagai gaung dari perjumpaan ini tentu umat pun merasa gembira dan bahagia bahwa Tuhan telah sudih berdiam dalam hidupnya.  

Yang ketiga adalah penghayatan akan penyertaan Tuhan dan rasa syukur diutus kembali ke dalm kehidupan harian. Setelah komuni kudus itu berarti menyadari bahwa Tuhan senantiasa berserta umat. Kalaupun imam telah mengatakan misa telah selesai, pulanglah dalam damai, itu berarti umat telah diutus membawah buah perjumpaan dengan Tuhan ke dalam kehidupan. 

Penutup
Hari raya Tubuh dan Darah Kristus adalah Sakramen Ekaristi. Perayan ini menjadi kesempatan sekali lagi untuk menghayati lebih dalam makna yang terkandung dalam Ekaristi mahakudus itu. Dalam Ekariti persekutuan umat beriman mengalami mengalami kekudusan Allah yang hendak diteruskan dalam hidup. Menyambut komuni yaitu Tubuh dan Darah Kristus umat mengalami perjumpaan personal antara Allah dan manusia.  Tubuh dan Darah Kristus yang disantap dalam perjamuan Tuhan adalah kenangan peristiwa Paska demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia.


P.Octavianus Situngkir, OFMCap
Komkat  KAM, Pematangsiantar.  
    




1 komentar: